Menteri Perhubungan Fredy Numberi mengusulkan empat skenario untuk memperkuat kehandalan pasokan listrik Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tujuannya agar tidak menciptakan persepsi negatif sehingga dapat mendukung sektor perhubungan, ekonomi dan perdagangan, serta pariwisata.
"Sistem manajemen energi yang reliable untuk Bandara Soekarno Hatta bisa dilakukan dengan menyediakan suplai listrik berlapis yang sekaligus bisa menjadi cadangan listrik bandara tersebut. Bandara ini setiap harinya harus mendapatkan pasokan listrik 35 MVA, yang dapat dipenuhi melalui beberapa skanario," kata Numberi, dalam siaran persnya, Minggu (03/10).
Secara rinci Numberi menjelaskan, untuk skenario pertama, pasokan listrik bersumber dari gas yang diubah menjadi sumber listrik untuk fasilitas umum bandara sebesar 18 mega watt. Pasokan listrik memakai bahan bakar gas memungkinkan untuk diabsorsi oleh chiller untuk menggerakkan air conditioning (AC) sebesar 12 mega watt, kebutuhan sistem radar dan ATC dipasok melalui UPS yang berkemampuan 3 MVA dan cadangan disiapkan dari listrik PLN sebesar 34 MVA dan genset yang berkekuatan 20 MVA.
“Skenario pertama ini kehandalannya mendekati 100% menjamin manajemen energi bandara karena pasokan listrik datang dari berbagai sumber," kata Numberi.
Skenario kedua, lanjut Numberi, pasokan listrik utama tetap bersumber dari PLN sebesar 34 MVA, yakni pasokan listrik 18 mega watt untuk fasilitas umum, sedangkan AC dipasok dari chiller yang memakai mesin berbahan bakar solar. Cadangan sebesar 34 MVA dipasok dari PLN dan cadangan lain adalah genset berkekuatan 20 MVA, sementara pasokan radar dan ATC tetap dari UPS berkekuatan 3 MVA. "Masalahnya jika pasokan listrik PLN terganggu, maka cadangan bekerja walaupun tidak bisa mengganti listrik kebutuhan Bandara seratus persen tapi memadai kebutuhan bandara untuk tetap beroperasi," katanya.
Selanjutnya Numberi menjelaskan skenario ketiga, pasokan utama bersumber dari mesin diesel sebesar 34 MVA yang menyuplai fasilitas-fasilitas utama dan AC. Radar dan ATC tetap mendapatkan suplai dari UPS sebesar 3 MVA, sedangkan cadangan sebesar 34 MVA dan genset berkekuatan 20 MVA.
Terakhir, kata dia, dengan menerapkan skenario keempat, pasokan utama energi utama dari mesin diesel tetapi AC bersumber dari listrik PLN.
Menurut Numberi dengan melakukan skenario di atas tadi maka sistem manajemen energi bandara harus dilengkapi dengan pusat kontrol untuk mengatur distribusi lebih efisien. Sehingga gangguan pada satu bagian tidak akan menganggu sistem keseluruhan.
Menhub menekankan, manajemen energi bandara paling ideal memakai skenario pertama yang pasokan energi bersumber dari bahan bakar gas. Skenario pertama ini memberikan kesempatan variasi sumber pasokan yang sekaligus menyiapkan cadangan energi berlapis-lapis."Apalagi gas engine-nya bisa bersifat self supporting. Sementara itu kita juga akan menyediakan UPS pada setiap bagian Bandara untuk menyimpan cadangan dan kejutan. Pemakaian gas juga lebih murah," tegas Fredy Numberi.
Dia berharap Bandara Internasional Soekarno-Hatta melakukan evaluasi total terhadap manajemen energi bandara karena sudah terbukti dari beberapa kali kejadian padamnya listrik, manajemen energi bandara belum dapat diandalkan.Karena itu, evaluasi dan perbaikan manajemen energi target akhirnya adalah realibilitas manajemen energi bandara utama Indonesia ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved