Seorang pakar kecerdasan buatan (Artificial Intellegence/AI) dan eksekutif industri, Yoshua Bengio, mengkhawatirkan penyalahgunaan teknologi deepfake. Yakni teknologi mengubah wajah dalam video atau gambar.
Yoshua Bengio mengatakan, diperlukan lebih banyak peraturan seputar teknologi deepfake. Sebab teknologi deepfake mempunyai potensi risiko besar terhadap masyarakat.
Bengio bersama kelompok pakar lainnya menandatangani pernyataan bersama dalam surat terbuka berjudul "Disrupting the Deepfake Supply Chain".
“Saat ini, deepfake seringkali melibatkan gambar seksual, penipuan, atau disinformasi politik. Karena AI mengalami kemajuan pesat dan membuat deepfake lebih mudah dibuat, diperlukan perlindungan,” kata kelompok tersebut dalam surat yang dibuat oleh Andrew Critch, seorang peneliti AI di UC Berkeley Street, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (23/2/2024).
Pernyataan bersama itu juga ditandatangani Steven Pinker, seorang profesor psikologi Harvard, dua mantan presiden Estonia, peneliti di Google, DeepMind dan seorang peneliti dari OpenAI.
Deepfake adalah gambar, audio, dan video buatan manusia yang realistis namun dibuat dengan algoritma AI, dan kemajuan teknologi terkini telah membuat gambar, audio, dan video tersebut semakin sulit dibedakan dengan konten buatan manusia.
Pernyataan bersama tersebut juga memberikan rekomendasi tentang cara mengatur deepfake, termasuk kriminalisasi penuh terhadap pornografi anak deepfake, hukuman pidana bagi siapa pun yang dengan sengaja membuat atau memfasilitasi penyebaran deepfake yang berbahaya, dan mewajibkan perusahaan AI untuk mencegah produk mereka membuat deepfake yang berbahaya.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved