OpenAI dikabarkan tengah beralih dari perusahaan nirlaba menjadi perusahaan yang mencari laba. Perusahaan tersebut berencana mengenakan biaya 22 dolar AS (Rp333 ribu) per bulan untuk menggunakan ChatGPT pada akhir tahun.
Mengutip dari Engadget, Senin (30/9/2024), melalui dokumen yang diterima oleh The New York Times (NYT), OpenAI meraup pendapatan 300 juta dolar AS (Rp4,5 triliun) pada bulan Agustus ini. Mereka berharap dapat menghasilkan penjualan sebesar 3,7 miliar dolar AS (Rp56 triliun) pada akhir tahun.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan mengenakan biaya bagi pengguna OpenAI, yang rencananya akan dilaksanakan mulai akhir Desember 2024. Selain itu, perusahaan tersebut juga berencana untuk menaikkan harga bulanan secara agresif selama lima tahun ke depan hingga 44 dolar AS (Rp665 ribu).
Meski berhasil mendapat pemasukan hingga 300 juta dolar AS, tapi berbagai pengeluaran seperti gaji, sewa, dan biaya operasional akan menyebabkan perusahaan tersebut merugi 5 miliar dolar AS (Rp76 triliun) tahun ini.
Cara OpenAI mencari dana adalah dengan mengedarkan dokumen yang dilaporkan New York Times. Mereka membutuhkan investor baru sebagai bagian dari upaya untuk mencegah atau mengurangi kekurangan keuangannya.
Untungnya, OpenAI mengumpulkan uang dengan valuasi 150 miliar dolar AS (Rp2,3 kuadriliun), dan putaran investasi baru dapat menghasilkan sebanyak 7 miliar dolar AS (Rp106 triliun).
Model bisnis ini memungkinkan penghapusan batasan keuntungan investor sehingga mereka memiliki lebih banyak ruang untuk bernegosiasi dengan investor baru dengan kemungkinan tingkat yang lebih tinggi. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved