Masyarakat di kawasan Bandung Raya, khususnya di sekitar Lembang, Bandung Barat mesti mewaspadai potensi gempa yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas Sesar Lembang. Dengan magnitudo yang bisa mencapai 6-7 skala richter, dampak gempa tersebut bisa menyerupai gempa di Bantul tahun 2006 atau gempa di Pidie Jaya, Aceh, 2016 lalu.
Peringatan itu disampaikan peneliti dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung Rahma Hanifa usai menggelar sosialisasi Sesar Lembang di SD Pancasila, Desa Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, Jumat (24/03) lalu. Pada kesempatan tersebut, turut hadir Yoshiyuki Kaneda, profesor kegempaan dari Kagawa University, Jepang.
Rahma mengatakan, berdasarkan penelitian terakhir di bidang geologi, geodesi, seismik, kegempaan, Sesar Lembang berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo 6 sampai 7 SR.
“Jadi kalau kita ambil contoh magnitude sekitar 6,5 itu potensi dampaknya seperti pada gempa di Bantul atau di Pidie Jaya, Aceh kemarin,” terang dia.
Potensi gempa tersebut harus diwaspadai, karena Sesar Lembang sampai saat ini masih terus aktif dan bergerak. Oleh karena itu, ia berharap kewaspadaan terhadap Sesar Lembang terus disosialisasikan oleh berbagai pihak. Soalnya, sebagian warga Lembang masih belum paham mengenai Sesar Lembang.
“Kami memilih Desa Lembang sebagai target sosialisasi yang utama. Kenapa, karena Desa Lembang terletak persis di atas Sesar Lembang. Cukup padat dan ada banyak tempat wisata juga, tapi masih kurang mendapatkan intervensi."
Ia menambahkan, sosialisi atas potensi ancaman ini kepada masyarakat mungkin sudah ada, tapi belum terinformasikan dengan baik. "Makanya, kami sering berkomunikasi, terutama ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi Sesar Lembang dan upaya apa yang harus dilakukan,” katanya.
Pusat Penelitian dan Mitigasi Bencana ITB menilai, perlu dipertimbangkan pula pembuatan jalur dan tempat evakuasi masyarakat apabila terjadi bencana. Termasuk persediaan emergency kit yang harus mencukupi.
“Di SD Pancasila ada space yang terbuka. Kalau di pemukiman padat, itu memang jadi tantangan tersendiri. Open space itu diperlukan untuk setiap warga yang tinggal di suatu tempat,” ujar dia.
Mengacu pada data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sepanjang 2016 sampai Maret 2017 setidaknya terdapat 31 gempa yang terjadi di Jawa Barat. Sebagian dari 31 kejadian gempa itu pun dapat dirasakan dari Lembang. Bahkan, dua gempa di antaranya berpusat di barat daya Lembang dan Kota Bandung.
Sementara Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, sepanjang 2017 ini belum ada gempa yang dirasakan masyarakat yang disebabkan oleh aktivitas Sesar Lembang
“Ada beberapa kali gempa pada 2017 ini yang dirasakan oleh masyarakat di Lembang, seperti gempa yang berpusat di Laut Selatan Jawa. Karena gempanya kuat, sehingga terasa di sebagian wilayah Jawa Barat bagian selatan dan tengah," tambah dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved