Aksi radikalisme yang ingin mengganti atau mengubah idelogi Negara Kesatuan Republik Indonesia mesti dilawan. Empat pilar berbangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, harus segera direvitalisasi kembali.
Soal tersebut dikemukakan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri saat menerima kunjungan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat di kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (09/05). “Saya kira, sekarang ini namanya ideologi perlu untuk direvitalisasi lagi. Pancasila, NKRI, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar Mega.
Revitalisasi tersebut untuk mencegah semakin meluasnya gerakan radikalisme, seperti keberadaan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang kian meluas dan menjadi isu hangat di kalangan masyarakat. “Kesepakatan kita sejak merdeka adalah NKRI. Masalah ini (NII) perlu dihadang. Bagaimanapun juga kita sudah punya konstitusi, dan untuk mengubah konstitusi bukanlah hal yang mudah, dan ada aturannya," ujar Mega.
Mega mengemukakan harapan agar Pancasila sebagai ideologi harus segera ditegaskan. "Saya sangat berharap dengan tegas melihat kalau ideologi kita itu Pancasila. Kalau ada ruang gerak bagi mereka, untuk mengganti atau mengubah, sebetulnya harus dilihat secara hukum formal. Apa tindakan yang harus dilakukan?" ujar Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
Penuhi Undangan
Terkait silaturahim sejumlah pimpinan MPR untuk mengundang mantan Presiden itu berpidato pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni mendatang, Mega menyanggupinya. “Bu Mega telah menerima undangan kami dan menyatakan kesediaanya untuk hadir dan menyampaikan pidato," kata Wakil Ketua MPR Hajriato Tohari di kediaman Megawati.
Hajriato menjelaskan, konsep peringatan harlah Pancasila kali ini akan melibatkan seluruh mantan Presiden yang masih ada. "Rabu (11/05) kami akan datang dan akan diterima Presiden ke-3, BJ Habibie, untuk menyampaikan undangan, dan meminta beliau sampaikan pidatonya," lanjutnya.
Selain mengundang mantan presiden, para pimpinan MPR ini juga akan mengundang sejumlah mantan wakil presiden, seperti Tri Sutrisno, Hamzah Haz, dan Jusuf Kalla. “Kami memandang momentum peringatan pidato Bung Karno merupakan momentum yang sangat tepat untuk saat ini dan relevansi yang tinggi kita mendengar pidato dari pimpinan kita mengenai Pancasila," lanjut Hajrianto.
Menurutnya, pidato Pancasila tersebut sangat relevan dengan kondisi saat ini. Terutama, terkait isu pengamalan, penghayatan Pancasila jadi perbincangan hangat di tengah masyarakat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved