Pemberlakuan pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang bisa menjadi peluang bagi produk hortikultura di Indonesia. MEA menciptakan pasar yang lebih luas bagi hortikultura Indonesia.
“Pasar ASEAN mau dibuka atau ditutup tidak akan ada persoalan dengan produk hortikultura kita. Pangsa pasar berbagai jenis buah impor di Indonesia hanya sekitar 5-7 persen,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Hasanuddin Ibrahim kepada politikindonesia.com di Jakarta, Selasa (25/11).
Hasanuddin mengatakan, walaupun selama ini Indonesia sudah membebaskan pajak bea masuk terhadap impor hortikultura seperti buah dan sayur. Namun pada kenyataannya, produk hortikultura Indonesia tetap bisa bersaing di pasar dalam negeri.
Pasalnya, impor untuk buah dan sayur umumnya berupa komoditas yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Di antaranya, anggur, pir, apel, wortel, bawang putih ataupun kentang olahan.
“Kalaupun ada buah-buahan impor yang masuk, tapi buah-buah tersebut lebih banyak dipakai sebagai hiasan. Seperti bingkisan untuk hantaran pernikahan atau bingkisan untuk orang sakit. Sedangkan, buah impor yang dikonsumsi masyarakat masih sedikit," ungkapnya.
Ia menambahkan, sekitar 90 persen kebutuhan produk hortikultura di Indonesia, dipasok dari dalam negeri. Untuk produk hortilultura impor hanya sekitar 10 persen. Walau demikian, pihaknya harus tetap siap meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia, seperti buah-buahan dan sayur dalam MEA 2015 mendatang.
"Memang, tidak ada yang bisa dilakukan menghadapi MEA kecuali meningkatkan daya saing. Adapun upaya yang akan kami lakukan, di antaranya dengan penerapan teknologi budidaya yang baik mulai dari penggunaan benih berkualitas, pengolahan lahan serta pemupukan hingga panen," paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayuran dan Buah Indonesia (AESBI) Hasan Johnny Widjaja mengatakan, jika pelaku usaha di Indonesia tidak siap, MEA bisa menjadi bencana. Sebelum diberlakukannya pasar bebas ASEAN sudah banyak produk hortikultura dari mancanegara yang masuk ke Indonesia. Mulai dari ritel modern hingga ke pasar-pasar tradisional.
“Beberapa produk hortikultura negara lain yang turut menikmati pasar Indonesia di antaranya jeruk mandarin, pir xiangli, apel fuji, wortel, durian, mangga, lengkeng, bawang putih, bawang merah hingga cabai. Uniknya, produk-produk tersebut harganya jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri," katanya.
Akan tetapi, pada sisi lain, MEA juga merupakan peluang karena memberi kesempatan pelaku usaha Indonesia untuk memasarkan produk hortikultura ke pasar yang lebih luas atau regional. Padahal Indonesia juga bisa ekspor dengan kualitas yang lebih baik. “Karena tanpa bisa ekspor, kita tidak bisa mengetahui produk kita seperti apa.”
Ia menyebut, hingga saat ini Indonesia masih mengandalkan ekspor manggis, mangga arumanis, mangga gedong gincu, salak, nenas dalam bentuk kalengan, dan pisang Cavendish. “Produk buah lainnya sebenarnya juga masih bisa berpeluang untuk ekspor seprti alpukat dan sirsak," tandas dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved