Setelah PKB dan Golkar, kini konflik internal di dalam tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) semakin sulit terjembatani. Dalam waktu dekat, akan lahir PPP Reformasi. K.H Zainuddin M.Z, akan berhadapan dengan Hamzah Haz.
Di era Tahun Kuda ini, sebenarnya soal konflik atau perpecahan di dalam partai politik, bukan hanya dimiliki oleh PPP. Hampir seluruh partai politik di negeri ini dilanda pertikaian internal. Sebut saja, yang terjadi di tubuh Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Mengamati perpecahan dalam partai politik, seakan membenarkan anggapan, politisi sipil memang tak mampu mengkonsolidir diri untuk mendorong demokratisasi. Apalagi jika konflik, tak mampu dikelola, dan justru melahirkan perpecahan di kalangan politisi sipil. Padahal dari sononya, partai politik sebetulnya berfungsi untuk mengelola konflik.
Kembali ke PPP, kubu Zainudin menganggap Hamzah Haz dan kawan-kawannya di DPP PPP telah melanggar AD/ART partai. Konstitusi partai itu menetapkan bahwa masa jabatan di DPP PPP adalah lima tahun, yakni dari tahun 1998 - 2003. Namun, Hamzah Haz dan kelompoknya menunda pelaksanaan Muktamar hingga 2004. Pasal inilah yang tidak dapat diterima oleh kelompok yang menjagokan Zainuddin M.Z dengan alasan tidak demokratis dan menghambat kaderisasi partai.
Apa kepentingan dibalik penundaan Muktamar? Kubu Hamzah dicurigai sengaja mempertahankan posisi. Apalagi saat Mukernas 2000 telah disepakati bahwa Muktamar dipercepat pada 2002. Saat itu dipertimbangkan Zainuddin MZ bakal naik menggantikan Hamzah Haz menyusul kondisi persaingan partai yang mulai meningkat dan partai ini dikhawatirkan kehilangan dukungan.
Namun peta politik nasional pun berubah cepat, Hamzah terpilih menjadi Wakil Presiden dan sejumlah orang dekatnya menjadi menteri di kabinet. Strategipun diubah. Demi menghadapi Pemilu, Muktamar diundur hingga 2004 dan Hamzah diharapkan masih tetap menjadi Ketua Umum. Jika demikian, peluang suksesi di tahun 2004 bisa diraih oleh partai ini.
Soal ini dibantah pentolan kubu Hamzah Haz, Faisal Baasir, Ketua DPP PPP. Menurut Baasir, si ‘kopiah miring’ (julukan buat Hamzah), telah menegaskan tidak berminat duduk di kursi itu. Wapres itupun telah menyatakan tak bersedia dicalonkan lagi pada Muktamar mendatang.
Tapi bagi kubu Zainuddin, apapun alasan kubu Hamzah menunda Muktamar, tetap merupakan inti dari upaya mendapatkan dan mempertahankan kursi kekusaaan. Menurut Zainuddin, setidaknya penundaan ini mengakibatkan pengisian kursi calon legislatif akan didominasi kubu Hamzah.
Apa akibat dari bias konflik ini. Sudah pasti, perpecahan itu merugikan PPP sebagai partai Islam yang relatif mapan dibandingkan partai Islam lainnya. Apalagi jika pimpinan elit PPP tidak memikirkan strategi manajemen waktu dalam menghadapi Pemilu 2004. Selain waktunya pendek, akan lebih sulit bagi PPP untuk melakukan konsolidasi.
Melihat realitias politik seperti ini, seperti diungkapkan pakar politik dari LIPI Ikrar Nusa Bakti, sangat disayangkan jika elit partai itu tak bisa menyelesaikan konflik. Jika partai itu sendiri tidak mampu mengelola dan menyelesaikan masalah di dalam tubuhnya, bagaimana partai tersebut bisa dipercaya?
Menurut perhitungan Ikrar Nusa Bakit, akan jauh lebih baik jika PPP tetap menggelar Muktamar 2003. Hal itu tentu saja sesuai dengan hasil Muktamar sebelumnya yang hanya merekomendasikan hingga 2003. Sebenarnya, dengan digelar Muktamar pada tahun itu, jauh lebih memberikan kesempatan yang lebih panjang bagi kepengurusan yang baru untuk mempersiapkan Pemilu 2004. Tetapi jika muktamar ini dilakukan pada 2004 justru waktu untuk persiapan Pemilu jauh lebih pendek.
Nah, jika partai politik (bukan hanya PPP) tidak mampu melaksanakan demokrasi di dalam tubuhnya sendiri, jelas akan menghadirkan resolusi konflik dalam masyarakat yang lebih besar lagi, yaitu gagalnya konsolidasi demokrasi. Ini akan menimbulkan kesan bahwa partai politik memang sekadar alat untuk memperebutkan kekuasaan dibanding untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.
Disamping itu, tentu ada hal-hal yang perlu dicari tahu, mengapa konflik parpol ini muncul secara beruntun? Dan mengapa pula itu digelindingkan menjelang 2004? Ada skenario apa dibalik goyang menggoyang posisi di parpol? Siapa yang bermain dalam grand skenario ini? Tak lama lagi akan terlihat benang merahnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved