Puluhan perempuan yang tergabung dalam Perempuan Indonesia membawa sejumlah peralatan dapur mengelar unjuk rasa di depan Gedung MPR/DPR, Rabu (28/03). Mereka semua memakai daster, membawa penggorengan, panci, centong dan bambu kecil untuk menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Puluhan perempuan yang tergabung dalam Perempuan Indonesia membawa sejumlah peralatan dapur mengelar unjuk rasa di depan Gedung MPR/DPR, Rabu (28/03). Mereka semua memakai daster, membawa penggorengan, panci, centong dan bambu kecil untuk menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Menurut Koordinator aksi, Anita Bakri, bila pemerintah menaikkan harga BBM, alat-alat dapur yang biasa digunakan diyakini menganggur dan tidak berfungsi lagi. "Dibanding laki-laki, Imbas kenaikan harga BBM secara langsung memberikan beban tambahan kepada seluruh perempuan Indonesia, sebagai penjaga garda pengelolaan ekonomi keluarga," kata Anita kepada politikindonesia.com, usia melakukan orasi di depan gedung DPR.
Dalam aksinya, para ibu rumah tangga ini menggoreng batu sebagai simbol kenaikan harga BBM. Sehingga mengakibatkan masyarakat tidak bisa memasak karena harga sembako meningkat. "Karena harga BBM naik maka masyarakat Indonesia tidak bisa lagi memasak makanan, tetapi hanya batu yang bisa dimasak. Kami perempuan Indonesia menolak secara tegas menolak kenaikan BBM," kata Anita.
Para pendemo tersebut berasal dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI). Selain menolak kenaikan BBM yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat, khususnya perempuan, mereka juga menuntut tolak TDL, tolak BLSM yang membodohi rakyat dan berikan jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat. Dalam aksinya mereka membentangkan dua spanduk masing-masing ukuran 5 x 1 meter bertuliskan "Perempuan Indonesia Melawann, Jangan Bodohi Kami' dan 'Perempuan Indonesia Melawan, Tolak Kenaikan BBM".
Anita menjelaskan sejumlah dampak kenaikan BBM yang bisa berdampak pada perempuan Indonesia. Di antaranya PHK massal, kesejahteraan perempuan menurun, jumlah buta aksara meningkat karena tidak punya pendidikan dan droup out serta tingkat kemiskinan dan angka balita kurang gizi juga akan meningkat. "Kami beranggapan kenaikan BBM tidak akan mensejahterakan rakyat khususnya perempuan. Karena kaum perempuan yang akan dipusingkan dengan penghasilan suami yang tidak ada peningkatan," ungkapnya.
Menurutnya, perempuan-lah yang mengelola manajemen rumah tangga dan jelas paling tahu bagaimana melambungnya semua harga sembako, transportasi, biaya pendidikan, serta biaya kesehatan. "Jika memang pemerintah tetap menaikan harga BBM tindakan ini sangat tidak manusiawi karena pemerintah memaksakan kehendaknya kepada rakyat," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved