Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya mengatakan, TNI tak bisa mengabulkan permintaan pelatihan Raider untuk Brimob oleh Kopassus. Sebelumnya Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengirimkan surat kepada Panglima TNI terkait permintaan tersebut.
"Nggak boleh dong, Raider itu kan untuk menghadapi perang konvensional. Kalau Brimob itu untuk menghadapi kerusuhan-kerusuhan massa," kata Fuad kepada pers, Minggu (26/07).
Fuad mengakui surat permintaan dari Kapolri tersebut memang ada. Meski belum dibahas lebih lanjut, namun permintaan itu juga tidak akan dikabulkan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Permintaan benar ada, kaget juga kami. Tapi doktrinnya berbeda, nggak boleh. Jadi nggak memungkinkan,” ujar Fuad.
Fuad menjelaskan, kalau Brimob dilatih Raider maka nanti bisa TNI bisa disalahkan oleh masyarakat.Selain itu Panglima TNI juga tidak akan setuju.
"Raider kan untuk tentara, bukan tentara biasa lagi. Infanteri biasa juga nggak latihan raider. Masa Brimob dilatih Raider. Raider itu satu tingkat komando," ujar Fuad.
Sebelumnya, beredar surat permintaan Kapolri tertanggal 15 Juli 2015 dengan Nomor B/3303/VII/2015. Dalam surat yang ditandatangani Badrodin itu, dijelaskan permintaan agar Brimob diikutsertakan dalam pelatihan dan pendidikan Raider tahun ajaran 2016 di Pusdiklat Kopassus, Batujajar, Bandung.
Raider merupakan satuan elit infanteri TNI yang memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk perang modern, anti-gerilya, dan perang berlarut.
Raider merupakan prajurit kekuatan penindak di mana satu batalyon Raider setara tiga kali lipat kekuatan satu batalyon infanteri biasa di TNI Angkatan Darat. Latihan untuk menjadi anggota Raider dilakukan selama 6 bulan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved