Jajanan anak-anak saat ini semakin beragam bentuk dan warnanya. Sayangnya, tak semua jajan itu sehat. Karena tangan nakal sejumlah pedagang yang tega mencampurkan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Jajanan anak yang tidak sehat justru menjadi bahaya bagi perkembangan anak.
Kata dr. H. Tb. Rachmat Sentika, SpA, MARS, bahayanya jajanan di sekolah yang tidak sehat bisa mengakibatkan perkembangan otak anak tidak bisa berkembang dengan baik. Padahal, otak anak akan terus berkembang jika asupan protein yang diperlukan bisa terpenuhi.
“Jajanan anak yang tidak sehat bukannya memberikan asupan protein tapi malah menghambat perkembangan otak karena kandungan zat-zat berbahaya di dalamnya," katanya kepada politikindonesia.com, usai menjadi pembicara dalam seminar "Aku Anak Sehat bersama Tupperware” yang diikuti sekitar 600 guru sekolah dasar di Jakarta dan sekitarnya mengikuti, Rabu (20/02)
Menurutnya, masa golden age seorang anak dimulai saat usia O-6 tahun. Ketika usia 0 tahun (bayi), fungsi otak telah terbentuk hingga 42 persen dan akan meningkat hingga 98 persen setelah berusia 6 tahun. Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk lebih memperhatikan asupan protein anak pada rentang usia tersebut.
“Sebelum usia 6 tahun, anak tidak boleh sampai kekurangan nutrisi apalagi kekurangan AA dan DHA yang penting untuk otak. AA dan DHA adalah jenis asam amino yang dapat diperoleh dari protein yang terkandung dalam ikan dan telur," ungkap dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
Dijelaskan, apabila anak terus dibiarkan jajan sembarangan sejak kecil, maka tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan protein yang sehat untuk perkembangan otak. “Ada sekitar sepertiga dari anak Indonesia yang memiliki kemampuan berpikir di bawah rata-rata akibat pengaruh buruk lingkungan dan pola jajan yang tidak sehat," ujarnya.
Diungkapkan, salah satu cara yang perlu dilakukan oleh orangtua untuk mencegah kemungkinan buruk tersebut adalah dengan menerapkan kebiasaan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Anak yang tidak sarapan akan merasa lapar ketika jam istirahat dan memilih untuk jajan di sekolah.
“Jadi bawakan juga bekal makan siang untuk anak agar anak bisa membatasi kebiasaan jajan anak. Dengan begitu, pola makan anak bisa terjaga baik. Karena paling tidak menunya bersih, sehat dan bergizi. Dengan gizi yang baik, bisa memacu konsentrasi anak ketika mereka sedang dalam proses belajar mengajar di sekolah," papar staf ahli Menko Kesra Bidang Pencapaian Pembangunan Milenium (MDGs) ini.
Ditambahkan, bekal yang baik wajib kaya dengan unsur karbohidrat, protein, serat, vitamin, mineral dan kalsium sebagai modal utama mendukung seorang anak untuk menjadi Anak Jempolan.
“Karena berdasarkan data BPOM, keamanan pangan yang memenuhi syarat (MS) pada tahun 2008-2012 mengalami peningkatan, 56 persen-76 persen. Itu semua diduga karena adanya bantuan para ibu dengan bekal untuk anaknya ke sekolah," tegasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved