"DI lapangan Politik kita harus ber-res-publica, di lapangan Ekonomi kita harus ber-res-publica, di lapangan Sosial kita harus ber-res-publica, di lapangan Kebudayaan kita harus ber-res-publica, Pendek kata, disegala lapangan hidup kita harus ber-res-publica, harus menjadi Republikein seratus persen!” (Soekarno, 10 November 1956)
Saya ingin memulai pembahasan ini dengan mengutip kisah Achilles yang ditulis oleh Dr. Ian Dallas dalam karyanya yang berjudul “Perisai Achilles”.
Achilles Sang Pahlawan
Dr Ian Dallas menuliskan, Achilles, dia seorang yang berpendidikan, sehingga ia bukanlah seorang pejuang yang primitif. Ia pejuang yang amat terdidik. Achilles dididik oleh Cheiron Sang Centaur, manusia setengah kuda.
Cheiron adalah satu di antara Para Centaur yang kecerdasan manusianya mendominasi dirinya. Semua membuat kepribadian Achilles terbentuk dengan sangat istimewa. Dia memahami makna dan eksistensinya, hidup dalam ragam dimensi pribadi, keluarga, dan persahabatan yang penuh gairah, hingga keterlibatan pentingnya dalam peperangan.
Achilles memahami takdirnya. Atau dengan kata lain, dia memilih takdirnya sendiri. Ia diberi pilihan bahwa apakah ia akan mati muda dengan penuh kejayaan, atau dia menjalani hidup dengan umur panjang dan dikelilingi oleh keluarganya dan kemakmuran negerinya. Dia tidak akan menentukan pilihannya sampai saat pilihan itu sendiri telah tercipta.
Dalam kisah Perang Troya, sejak awal, dia sudah sangat murka dengan Agamemnon. Kemurkaan ini membawa malapetaka bersamanya, karena dia mulai berhenti berperang dan memilih berdiam diri di kemahnya.
Akhirnya membuat sahabat yang paling dekat dan sejiwa dengannya, Patroclus, merasa wajib untuk pergi memerangi Hector, pemimpin Ksatria Troy, dan akhirnya dia gugur. Kemudian Achilles menyadari bahwa sekarang dia harus memilih - "apakah dia harus melawan Hector atau dia harus kehilangan kehormatannya", dan tentu dia memilih hal semua yang sudah kita ketahui Bersama (matinya Achilles).
Oleh karena itu, segala sesuatu selepas peristiwa tersebut menyiratkan pesan bahwa jika kita telah mencapai hal yang sejauh demikian, tentu ada akibatnya yang tidak terhindarkan setelahnya. Apa yang ingin kita katakan mengenai pendirian seorang Achilles adalah sebagai berikut: Inti utamanya adalah bagaimana dia amat menghormati dirinya sendiri, atau dapat dikatakan, harga dirinya inilah titik pusat mutlak atas perwujudan dirinya.
Dr Ian Dallas melanjutkan, inilah yang dalam frasa Shakespearean disebut dalam karya Drama Hamlet: “Di atas segala sesuatu, bersikap jujurlah pada dirimu sendiri, dan jagalah itu di malam dan siangmu. Maka engkau tak pernah dikelabui oleh siapapun”. Karenanya, bersikap jujur pada dirimu sendiri adalah sama nilainya jujur terhadap segala hal.
Rakyat memilih “Merdeka atau Mati”
Dalam pidato pada Pembukaan Konstituante, 10 November 1956. Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno, mengutip perkataan dari Bapak Pendiri Amerika Serikat, Patrick Hendry: “Apakah hidup adalah demikian tinggi nilainya dan damai demikian manisnya, sehingga layak dibeli dengan rantai dan perhambaan sebagai harganya? Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, Hindarkanlah itu! Aku tak tahu apa yang akan diperbuat orang-orang lain, tapi bagiku sendiri, berikanlah aku kemerdekaan atau berilah aku kematian".
Ir Soekarno mengatakan dalam pidatonya, “rakyat kita cinta kepada damai, rakyat kita cinta kepada hidup, cinta kepada keluarganya, kepada istrinya, kepada anaknya. Mereka tahu bahwa senjata-senjata yang mengandung bencana dan maut sudah disiapkan untuk menghantam mereka remuk redam. Toh, mereka pilih melawan terhadap Angkatan Perang yang bersenjata lengkap dan modern itu, serta sudah terlatih dalam Perang Dunia Kedua. Rakyat kita tahu, bahwa kalau mereka turuti ultimatum dari Angkatan Perang Sekutu itu, mereka tidak akan digempur, akan selamat, akan hidup. Tapi mereka tahu pula bahwa selamat dan damai demikian itu adalah selamat dan damainya seorang hamba yang terantai dan terbelenggu”.
“Merdeka atau Mati” menjadi semboyan setiap patriot. Dan mereka yang mati melepas nyawa dengan senyum, sebab hatinya yakin, bahwa pengorbanan mereka tidak akan hilang percuma.
Dengan demikian, “Merdeka atau Mati” adalah takdir yang rakyat pilih sendiri. Sebagaimana Achilles Sang Pahlawan datang memenuhi takdirnya.
Republikein 100 Persen
Dari dua kisah di atas, meskipun memiliki perbedaan latar belakang dan waktu tapi memiliki relasi yang kuat. Kisah Pertama, berasal dari Mitologi Yunani yang tercatat dalam Naskah Iliad karya Homeros, salah satu Naskah kuno mengenai Mitologi Yunani. Kisah Kedua, Perjuangan Rakyat Indonesia memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaannya. Dari kedau kisah tersebut, Achilles dan Rakyat Indonesia sama-sama memilih takdirnya untuk kehormatan, sama-sama menjadi Sang Pahlawan.
Lalu bagaimana dengan kita sebagai anak bangsa? Apakah kita sudah memahami takdir kita, atau dengan kata lain, sudahkah kita memilih takdir kita? Apakah kita memilih membiarkan pengorbanan rakyat Indonesia menjadi hilang percuma?
Kita harus nyatakan bahwa kita tidak menyia-nyiakan apa yang telah diperjuangkan Rakyat Indonesia, Kita tidak akan membiarkan siapapun menyia-nyiakan perjuangan Rakyat Indonesia. Ir. Soekarno mengatakan, “Republik Indonesia bukan negara kelas, bukan milik satu golongan, tetapi adalah negara kita bersama, dan sebab itu adalah milik kita bersama pula, milik seluruh bangsa.
Negara kita bukanlah negara feodal, bukan negara kapitalis, bukan negara proletar, negara kita adalah negara milik seluruh rakyat dan tujuannya pun karena itu tidak boleh tidak haruslah keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Republik Indonesia adalah benar-benar “Res Publica”, adalah benar-benar “Kepentingan Umum” yang berarti “Kepentingan Bersama”.
Dengan demikian, pahamilah takdir kita sebagai anak bangsa, angkatlah perisai kita untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Jadilah Republikein 100 Persen.
Ir Soekarno menyatakan "Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya". Begitu pun, Dr Ian Dallas, dalam bukunya menyatakan, Perisai Achilles. “Jadi tatkala ksatria mengangkat perisainya untuk memenuhi takdir pribadinya, di sana bisa terlihat bahwa yang memberinya pertahanan adalah keseluruhan dari eksistensi alam".
*Penulis adalah Founder Republikein Studieclub
© Copyright 2024, All Rights Reserved