Sejarah membuktikan, kemajuan suatu bangsa dan negara sangat banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh keterbukaan para pemimpinnya terhadap ilmu pengetahuan. Teknologi mengambil peran yang sangat sentral. Negara yang terlambat dalam perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran di seluruh aspek kehidupan hingga berimbas pada kesejahteraan rakyatnya.
“Begitu juga yang terjadi pada bangsa kita saat ini. Kekurangan teknologi mengakibatkan mengakibatkan banyak kehilangan sumber daya. Sehingga rakyat merasakan pengaruhnya yang begitu kuat. Apalagi, saat ini sedang marak pemberitaan tingginya hutang Indonesia. Salah satu penyebabnya teknologi bangsa kita tertinggal, jadi hutang meningkat,” kata Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo dalam diskusi bertema, “Teknologi dan Kepemimpnan”, di Jakarta, Senin (23/04).
Padahal, lanjutnya, Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki potensi menjadi sebuah negara maju layaknya Jepang, Tiongkok, dan India di Asia, atau Jerman maupun Amerika Serikat. Namun bukan sebuah langkah mudah untuk menuju kearah tersebut. Karena kepemimpinan masyarakat dan bangsa Indonesia belum dapat meletakan kebijakan yang jelas tentang teknologi.
“Apalagi, peran utama seorang pemimpin adalah memperkirakan perkembangan masa datang dan merumuskan kebijakan untuk menjemput masa datang itu. Dengan kata lain, pemimpin dan kepemimpinan harus berorientasi ke masa depan. Karena merupakan unsur dinamis dalam suatu kelompok, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu berbeda dengan kepemimpinan bangsa kita yang masih bergulat dengan masalah elementer dari masyarakat kita yang majemuk,” ungkapnya.
Sementara itu, anak Presiden RI Ke-3, BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie menambahkan, sebenarnya Indonesia memiliki banyak kekuatan. Oleh sebab itu, untuk bisa maju, Indonesia harus bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan pengetahuan dan inovasi. Sehingga pendidikan juga jadi tumpuan dan tanpa pendidikan, Indonesia tidak akan memiliki produk atau inovasi yang baru.
“Tanpa pendidikan kita tidak bisa kemana-mana. Kita perlu mengimplementasikan sistem pendidikan yang memberikan level yang sama bagi semua warga Indonesia. Sebab, teknologi merupakan penghubung antara ilmu pengetahuan dan inovasi terhadap sebuah produk. Sehingga semua negara dimasa mendatang harus berinovasi untuk mencapai tujuannya, dengan teknologi yang mempunyai peranan yang krusial,” ucap Ilham.
Dijelaskan, hubungan antara kepemimpinan dengan teknologi terbagi menjadi dua, yaitu teknologi dengan kepemimpinan bisnis dan teknologi dengan kepemimpinan politik. Teknologi dalam kepemimpinan bisnis dihubungkan sebagai sarana mempermudah dalam pencapaian target meraih sukses. Sedangkan, teknologi dengan kepemimpinan politik sebagai sarana untuk mendapatkan pengertian dan dukungan publik yang luas.
“Namun pengertian ini lebih digambarkan sebagai sebuah ancaman dengan mudarat daripada menjadi peluang dengan manfaat. Jadi kesimpulannya, bagaimana peranan kepemimpinan dengan teknologi dapat berjalan secara sinkron. Makanya, diperlukannya seorang pimpinan yang inovatif, faham dan menggunakan teknologi untuk mendukung budaya keterbukaan dalam mencari solusi untuk tantangan gobal secara bersama-sama,” paparnya.
Dia memamparkan, empat faktor penting dalam memaksimalkan potensi di masa depan, yaitu berinvestasi untuk sumber daya manusia, berinvestasi untuk ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta mendukung inovasi dan kewirausahaan. Supaya dapat berinovasi, masyarakat harus mengerti apa itu teknologi, bagaimana penerapannya, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Teknologi itu perlu diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Kita harus memikirkannya, menemukan solusinya. Ketika sukses diaplikasikan, itu menjadi solusi dan akan berkelanjutan. Kita perlu teknologi, inovasi dan kewirausahaan," ulasnya.
Dalam berinovasi, Ilham juga menekankan perlunya memperhatikan tiga hal penting yang disebutnya 3T, yakni teknologi, talenta dan toleransi. Poin terakhir, dijelaskannya dengan lebih rinci dan bagaimana dampaknya pada proses kreatif seseorang. Masyarakat memerlukan lingkungan yang toleran terhadap perubahan untuk bisa menjadi inovatif. Lingkungan yang toleran membebaskan masyarakat berkembang dan mengungkapkan apa yang ada di pikiran.
“Dengan 3T itu, pemimpin dapat berkomunikasi dengan cara yang prima dan haruslah memiliki kemampuan untuk mengajarkan sesuatu yang bermanfaat. Mengajarkan yang dimaksud adalah memberikan contoh kepada masyarakat tentang bagaimana menerima setiap perkembangan dengan terbuka. Karena setiap negara di masa mendatang haruslah bisa berinovasi untuk mencapai tujuannya,” pungkas Ilham.
© Copyright 2024, All Rights Reserved