Harga bawang merah di kalangan petani sedang anjlok. Di Brebes, harganya hanya berkisar Rp4.000 per kilogram (kg). Untuk menggenjot harga, Kementerian Pertanian, mendorong pelaku usaha untuk menyerap produksi bawang merah dari petani.
“Kami tidak memaksa para pelaku usaha ini untuk membeli bawang merah langsung dari petani. Karena, bila setiap koorporasi bisa membeli sebanyak 50 ton dari petani, maka untuk 10 koorporasi sudah terjual 500 ton. Kami juga meminta, mereka membeli dengan harga Rp10.000 per kilogram. Alhamdulillah, mereka pun sepakat dan mau menyerap bawang merah dari petani,” kata Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono kepada politikindonesia.com di sela-sela bertemu dengan sejumlah pelaku usaha makanan dan minuman serta eksportir di Kantor Ditjen Hortikultura, Jakarta, Selasa (09/01).
Dijelaskan, rendahnya harga bawang merah di kalangan petani Brebes dan Demak karena di daerah tersebut sedang panen raya, bahkan di daerah Demak saat ini ada panen seluas 3 hektar (ha). Sehingga produksi melimpah, namun terjadi anomali harga. Harganya meningkat 400 kali lipat lebih di tingkat petani dan retail. Padahal harga bawang merah di tingkat retail di Jakarta normal.
“Harga bawang merah per 9 Januari 2018 di sejumlah pasar di Jakarta berkisar antara Rp25.000 hingg Rp35.000 per kg. Harga terendah di Pasar Pal Merah dan harga tertinggi di Pasar Senen. Sebenarnya, dengan melihat harga tersebut sangat menekan petani. Karena keuntungannya hanya bisa dinikmati oleh segelintir oknum pedagang. Padahal, kalau pedagang menjual dengan harga Rp20.000 per kg, mereka juga masih dapat keuntungan yang layak,” ujarnya.
Spudnik mengaku, Kementan tak bisa memberikan sanksi kepada para pedagang yang nakal. Karena tidak ada instrumen hukum dan sanksi yang tegas terhadap pedagang yang menjual komoditas pangan di atas harga eceran tertinggi (HET). Sehingga hal itu menunjukan, tata niaga pangan di Indonesia ini memang belum baik.
“Seharusnya, pemerintah kita bisa meniru Malaysia. Di mana, mengharuskan pedagang menjual dagangannya tak melampaui HET. Jika melanggar, maka dikeluarkan dari pasar. Selain itu, di Jepang juga begitu ketat. Seharusnya, kita bisa seperti itu dengan tata margin berkeadilan. Sehingga petani senyum, pedagang senyum, pembeli pun ikut tersenyum,” ungkapnya.
Menurutnya, sebenarnya saat ini adalah saat yang tepat untuk mentransformasi agribisnis bawang merah. Sehingga Indonesia bisa menjadi pemain kunci di kancah global. Caranya, dengan penetrasi produk segar dan olahan ke berbagai negara. Untuk itu, diversifikasi produk olahan bawang merah berstandar internasional perlu diwujudkan melalui sinergi peran pemerintah dan dunia usaha.
“Produksi yang melimpah, efisiensi rantai distribusi, luasnya akses pasar dan diversifikasi produk yang membaik menjadi pemicu akselerasi peningkatan daya saing bawang merah dan keseimbangan tata niaga baru. Petani menjadi pemain utama sekaligus menikmati harga berkeadilan,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, pihaknya, terus mendorong agar pelaku usaha segera menyerap bawang merah di wilayah sentra dengan harga wajar. Bawang merah tersebut kemudian didistribusikan ke daerah dengan harga bawang merah tinggi di pasaran sesuai mekanisme berlaku.
“Penyerapan oleh industri makanan dan olahan pun bakal terus didorong untuk akselerasi normalisasi harga," katanya.
Sementara itu, Corporate Communication Manager PT Indofood, Albert Abraham menyatakan, pihaknya mendukung dan merasa tidak keberatan dengan langkah pemerintah. Karena selama ini, pihaknya memang selalu melibatkan petani sebagai mitranya agar pasarnya juga tetap terjamin dengan harga yang sesuai dengan kontrak yang sudah diselakati.
“Kami berusaha selalu pro aktif mendukung pemerintah. Apalagi dengan masalah yang dihadapi oleh pertani bawang merah di Brebes, kami sebagai industri makanan dan minuman bukan pertama kalinya dilibatkan untuk membantu menstabilkan harga pangan, termasuk produk hortikultura, di tingkat petani. Di antaranya, saat lonjakan harga cabai, penurunan harga kentang, kami sering diminta berpartisipasi. Tapi, selama yang kami mampu,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved