Potensi perekonomian di kawasan Asia dan Afrika sangat besar, bahkan menguasai perekonomian dunia. Produk Domestik Bruto (PDB) Asia-Afrika sepanjang tahun 2014 mencapai 51 persen dari PDB dunia. Dengan potensi yang dimilikinya, dan momentum diadakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) di Indonesia saat ini, perlu dibentuk Entrepreneur Asia Afrika (EAA).
Wacana itu diungkapkan Ketua Badan Otonom Bidang Bisnis, Investasi dan UKM Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Hardini Puspasari kepada politikindonesia.com, Rabu (22/04). “Melihat potensi perekonomian yang cukup besar dari dua kawasan itu, kami dari Hipmi mengusulkan pembentukan EAA di tahun 2015 ini,” ujarnya.
Pengusaha perempuan yang akrab disapa Dini ini mengatakan, pada tahun 2011, Afrika berhasil mencatatkan pencapaian total PDB sebesar US$1,7 triliun atau diatas PDB India dan ASEAN.
Dini menyebut, momentum peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke 60 di Indonesia saat ini, bisa dimanfaatkan untuk menggagas dibentuknya Entrepreneur Asia Afrika (EAA). Ia yakin pembentukan wadah internasional bagi pelaku usaha muda di dua kawasan tersebut, akan semakin mempercepat kemajuan kedua kawasan.
Apa alasan Hipmi mengusulkan dibentuknya wadah Entrepreneur Asia Afrika (EAA)?
Pertama, tingginya pertumbuhan ekonomi Asia dan Afrika. Pada tahun 2013-2014 lalu saja, tercatat angka pertumbuhan masing-masing 4,9 persen dan 4,3 persen. Padahal, saat itu banyak negara mengalami kontraksi dalam perekonomiannya termasuk perekonomian global.
Alasan lain, tingginya kebutuhan akan beberapa sektor usaha antara dua kawasan. Ini semakin membuka ruang lebar bagi pelaku usaha muda untuk meningkatkan daya saingnya. Misalnya, sektor manufaktur, pertanian, infrastruktur, pariwisata, dan energi.
Apa manfaat EAA ini bagi kedua kawasan?
Jika EAA terbentuk, maka potensi investasi sektor-sektor tersebut bisa bergerak dan saling memenuhi diantara dua kawasan. Akibatnya bisa ditebak, bahwa dua kawasan itu akan kembali menciptakan PDB tertinggi di dunia. Jauh mengalahkan negara-negara maju.
Adanya wadah EAA dapat mendorong peningkatan daya saing produk dari pelaku usaha muda Indonesia yang selama ini kebingungan mencari pasar tujuan produknya. Artinya, dengan terbukanya pasar yang lebih luas dari Asia hingga Afrika, maka “pertarungan” daya saing produk-produk lokal akan semakin tinggi dan kompetitif.
Seperti apa gambaran pasar ekonomi kawasan Asia-Afrika saat ini?
Berdasarkan data PBB World Population Prospects, tercatat jumlah penduduk Asia sebanyak 4,34 miliar orang dan Afrika 1,14 miliar penduduk. Sehingga secara total penduduk Asia-Afrika berjumlah 5,48 miliar orang.
Artinya, dari jumlah penduduk saja, kawasan Asia-Afrika menguasai 75,8 persen penduduk dunia yang saat ini berjumlah total 7,23 miliar orang. Ini kan pasar ekonomi yang sangat prospektif.
Selain peluang, apa tantangan yang dihadapi Asia-Afrika?
Disamping peluang potensi pasar yang sangat besar, ada tantangan serius yang membutuhkan peran aktif pemerintah masing-masing negara di dua kawasan tersebut. Seperti masalah kemiskinan yang cukup tinggi, baik di Asia maupun Afrika.
Selain itu tingkat inflasi Asia-Afrika yang masih diatas rata-rata dunia. Sebut saja inflasi Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan dan Pakistan yang tahun 2013 lalu mencapai 9 persen. Sedangkan inflasi Afrika 6,6 persen dan Asia 4,6 persen. Akibatnya, pertumbuhan kerjasama perdagangan antar dua kawasan belum mencerminkan potensi sesungguhnya. Yaitu, kinerja ekspor Asia ke Afrika tahun 2013 sekitar 26 persen, dan sebaliknya ekspor Afrika ke Asia hanya di kisaran 3 persen.
Lantas, bagaimana caranya mengatasi tantangan ini?
Karena itu, kami dari Hipmi mendorong pembentukan EAA sehingga tercipta perdagangan langsung antara pelaku usaha muda di dua kawasan. Khususnya pada sektor-sektor potensial seperti manufaktur, pertanian, pariwisata, infrastruktur, dan energi. Apalagi saat ini, Afrika sedang bertumbuh, jadi pasti memerlukan banyak sekali bisnis di sektor-sektor tersebut.
Perdagangan langsung antar pelaku usaha di kedua kawasan, tentu butuh support masing-masing pemerintah?
Betul. Pengembangan pelaku usaha muda di dua kawasan tersebut, sangat memerlukan peran dan dukungan penuh pemerintah masing-masing negara. Berbagai kendala terkait birokrasi dari setiap negara di dua kawasan harus bisa diantisipasi dengan tepat, efektif dan baik. Jika pemerintah mempunyai good will, tentu saja akan berimpilkasi pada perekonomian dari dua kawasan.
Intinya, pembentukan EAA tersebut memang harus tetap sejalan dengan sistem perdagangan internasional yang terbuka, adil, tertib dan saling menguntungkan. Karena itu, kami mendorong pembentukan organisasi tersebut untuk memanfaatkan momentum yang ada, baik bagi pelaku usaha muda di Indonesia yang akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean akhir 2015 nanti, maupun bagi pelaku usaha muda di dua kawasan. Kita harus berani melangkah ke dunia global. Jangan cuma puas dan jago kandang.
Bagaimana anda melihat prospek kawasan Afrika bagi Indonesia ke depan?
Afrika harus didukung oleh kegiatan bisnis dan perdagangan yang mempunyai akses pada hal-hal yang terkait dengan keuangan. Afrika berkepentingan menciptakan banyak entrepreneur baru untuk memenuhi kebutuhan industri dan jasa di kawasan tersebut.
Dan pertumbuhan Afrika secara ekonomi, secara signifikan membuka peluang bagi pengusaha Indonesia, untuk memasok kebutuhan barang dan jasa ke Afrika.
Melalui EAA ini, kami yakin jumlah pengusaha muda di Indonesia akan bertambah signifikan. Kami perkirakan dalam 3-4 tahun mendatang akan mencapai hingga 1 juta pengusaha. Itu sebab, pembentukan EAA ini kami anggap sangat penting bagi pengusaha muda Indonesia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved