Menjadi Presiden 2 periode sudah cukup bagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia tidak akan berniat maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) sebagai calon wakil presiden (Cawapres). SBY masih punya pengaruh kuat dan menentukan peta politik di pemilu 2014 ini.
Setidaknya demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat Andi Nurpati kepada politikindonesia.com di Kantor KPU, Jakarta, Kamis (24/04), menanggapi isu kemungkinan SBY dipinang sebagai Cawapres.
"Isu Pak SBY cawapres kan bukan dari Demokrat, dan memang tidak akan maju cawapres. Beliau itu tetap menjadi penentu partai kami, dan fokus kepada kader," ujar lulusan Master Teacher Programme Deakin University Melbourne, Australia itu.
Andi Nurpati mengatakan, Ketua Umumnya yang kini menjabat Presiden itu masih punya pengaruh kuat dalam perpolitikan Indonesia. Bahkan masih mampu menentukan peta politik di Pemilu 2014 ini. “Ya Pak SBY itu playmaker kita lah. Beliau itu sangat menentukan Demokrat maupun keputusan partai lain untuk melakukan komunikasi politik dengan Demokrat," ujar mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.
Selain menepis isu pencalonan SBY sebagai cawapres, kepada Elva Setyaningrum, perempuan kelahiran Macero Wajo, Sulawesi Selatan, 2 Juli 1966 ini juga mengungkapkan posisi Demokrat menghadapi Pilpres yang akan digelar 9 Juli mendatang. Termasuk nasib para peserta konvensi calon presiden (Capres) Demokrat yang akan segera diumumkan pemenangnya. Berikut petikan wawancaranya.
Ada isu SBY akan maju sebagai cawapres di Pilpres mendatang, tanggapan anda?
Isu SBY akan menjadi cawapres tidak benar. Rumor itu sengaja diembuskan oleh lawan politik kami. Kabar itu bukan dari SBY dan bukan dari Demokrat. SBY tidak akan maju menjadi Cawapres. SBY itu tetap menjadi penentu Demokrat. Sehingga SBY mampu memutuskan partai lain untuk melakukan komunikasi politik dengan Demokrat. Selain itu, SBY juga fokus kepada kadernya. Jadi saya yakin, SBY masih punya pengaruh kuat dalam perpolitikan Indonesia. Bahkan masih mampu menentukan peta politik di Pemilu kali ini.
Apa tanggapan Anda, jika ada yang meminta SBY menjadi Cawapres?
Saya rasa itu sesuatu yang berlebihan. Walau itu kembali ke urusan politik, saya yakin SBY tidak akan bersedia menjadi Cawapres. Bagi SBY, menjadi memimpin bangsa Indonesia ini pimpinan selama 2 periode atau 10 tahun sudah cukup. Selain itu, di internal partai juga tidak ada wacana menjadikan SBY sebagai Cawapres.
Tentang posisi Demokrat dalam pemilihan Presiden nanti, seperti apa?
Yang jelas opsi kami di Demokrat ada dua, pertama bergabung dengan capres dari parpol laini dimana Demokrat cukup mengajukan calon wapresnya saja yang ditentukan dari pemenang konvensi atau ditentukan Majelis Tinggi Partai, dan opsi kedua adalah Demokrat membangun poros koalisi sendiri.
Sebelum Pileg, SBY dan Ketua Harian Demokrat Syarief Hasan telah melakukan komunikasi dengan capres yang ada, seperti Joko Widodo, Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie. Mereka bertemu untuk membahas koalisi. Jika koalisi berhasil dengan salah satu kandidat tadi, maka mereka tinggal memilih siapa yang akan mendampingi sebagai Cawapres.
Realitas politik kalau tak ada satu pun parpol yang perolehan suaranya memenuhi persyaratan presidential treshold membuat parpol-parpol harus membentuk koalisi dalam menghadapi Pilpres 9 Juli nanti. Termasuk keputusan Demokrat apakah akan membentuk poros koalisi sendiri atau bergabung dengan koalisi lain. Itu ditentukan setelah acara konvensi capres terakhir digelar pada Minggu 27 April nanti dan menunggu hasil real count KPU pada 9 Mei nanti.
Setelah pileg, apakah komunikasi politik telah kembali dibangun dengan parpol lain?
Saya belum tahu apakah mereka sudah kembali melakukan komunikasi politik setelah pileg. Mengenai adanya kader kami yang melakukan komunikasi dengan Jokowi, saya masih menunggu bagaimana nanti. Pembicaraan mereka masih tahap pembicaraan awal. Saya tidak tahu, apakah pembicaraan itu resmi dari Demokrat atau tidak. Tetapi, yang saya dengar orang tersebut bukan resmi partai, melainkan inisiatif personal yang ingin melakukan komunikasi dengan Jokowi. Meski begitu, kami tak menutup kemungkinan berkoalisi dengan PDIP. Ya, kita lihat saja nanti, karena secara politik semuanya masih mungkin berubah.
Bagaimana dengan nasib konvensi calon presiden (Capres) Demokrat?
Kami memutuskan untuk tetap melanjutkan konvensi Capres Demokrat, kendati suara partai ini menurun drastis. Untuk menghadapi Pilpres, kami sudah menyiapkan 2 opsi. Yakni, kami mengusung Capres atau mengusung Cawapres. Jika opsi pertama tidak bisa tercapai, maka kami menyiapkan juga opsi kedua, yakni berkoalisi dengan partai lain. Pada opsi ini, kami menyiapkan Capres yang siap berpasangan dengan Cawapres dari parpol lain hasil dari koalisi.
Menurut Anda, apa penyebab menurunnya perolehan suara Demokrat?
Melorotnya perolehan suara Demokrat gara-gara terpecah oleh partai yang memiliki haluan hampir sama dan basis serupa. Terpecahnya suara, Demokrat bakal melihat peta dan konstelasi politik yang ada menjelang Pilpres nanti. Walaupun fakta dan realitanya hasil Pileg, Demokrat hanya mencapai 9,70 persen suara, kami tak merasa kecewa. Karena pencapaian itu sudah mencapai target dan Demokrat berada di urutan ke-4 di bawah PDIP, Partai Golkar dan Gerindra.
Selama ini, kami memang menargetkan 15 persen, meski kami tahu bahwa berbagai survei sejak ada persoalan terkait beberapa oknum di Demokrat, survei internal hanya mendapat 5 persen. Jadi target 15 persen dan perolehan 10 persen ini sudah cukup bagus. Artinya bisa capai 2 kali lipat.
Sebelum Pileg, beberapa pimpinan Demokrat menyadari sulitnya memenuhi target tersebut. Sehingga kami tidak muluk-muluk dalam menetapkan targetnya. Kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada para pemilih kami atas kepercayaannya. Kami tetap akan bekerja maksimal untuk mendukung program-program pro-rakyat.
Apa yang akan d lakukan Demokrat, dengan hasil yang diperoleh tersebut?
Demokrat dalam posisi yang merdeka untuk berkoalisi dan berada dalam pemerintahan mendatang atau beroposisi di luar pemerintahan terpilih nanti. Komunikasi-komunikasi politik tetap bakal dilakukan, termasuk partai yang memenangi Pilpres nantinya.
Jadi kami tidak ada masalah jika nanti jadi oposisi. Sebetulnya, berbuat baik kepada masyarakat tidak harus berada di dalam koalisi, karena itu tidak ada salahnya kami menjadi oposisi dan tetap tetap melakukan komunikasi-komunikasi dengan partai politik lainnya.
Bagaimana tanggapan Anda dengan kemenangan PDIP di Pileg 2014?
Kemenangan yang dicapai PDIP saya anggap merupakan hal yang wajar. Faktor tingginya perolehan suara PDIP adalah persatuan basis masa Marhaenis yang bersatu dan bukan hanya karena Jokowi Effect.
Berbeda dengan pelaksanaan Pemilu 2009, terdapat banyak partai dimana banyak pecahan partai penganut paham Marhaen. Di antaranya adanya PNI Marhaen dan Partai Pelopor.
Sedangkan, pada Pemilu 2014, partai-partai tersebut tidak lolos menjadi partai peserta. Sehingga suara pendukung partai-partai tersebut menjadi penyumbang suara PDIP. Hal semacam itu juga terjadi pada 2 partai lainnya, yaitu PKB dan PAN yang juga mendapat limpahan suara dari pendukung partai-partai yang tak lolos seleksi Pemilu 2014. Contohnya, suara PKB naik karena PKNU tidak menjadi peserta Pemilu. Begitu juga dengan PAN yang mendapat tambahan suara dari Partai Matahari Bangsa.
© Copyright 2024, All Rights Reserved