Pengamat Politik dari Citra Institute, Efriza, menyarankan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) disarankan untuk tidak terpancing konfrontasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), terkait isu kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12%.
"Gerindra sebagai partai politik yang memenangkan Prabowo Subianto sebagai Presiden ke-8 RI seharusnya tidak perlu reaksioner dengan menyerang balik PDIP," kata Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (Unpam) Efriza, Selasa (24/12/2024).
Menurut Efriza, PDIP sengaja memainkan isu PPN 12% untuk mengubah persepsi positif masyarakat terhadap pemerintahan Prabowo Subianto. Melalui isu kenaikan PPN 12% maka pandangan publik terhadap Prabowo dan pemerintahannya akan cenderung berbalik menjadi negatif.
"Apalagi Presiden Prabowo saat ini ditengarai (memengaruhi) sikap Gerindra yang khawatir masih butuh Jokowi, sehingga berusaha menjaga hubungan harmonis dengan Jokowi. Sehingga Prabowo disinyalir tidak berani bersikap mengambil keputusan berbeda dengan Jokowi dengan menunda atau membatalkan kenaikan PPN 12%," kata Efriza.
Sebab, kata Efriza, jika Prabowo sampai berani melakukan berbeda sikap dengan Jokowi, ini artinya Prabowo sudah bersikap tidak lagi peduli terhadap Jokowi.
Hal ini dapat memicu ketidakharmonisan antara Prabowo dan Jokowi. Sebab menurut Prabowo ternyata kebijakan Jokowi keliru. Sehingga Prabowo akan meminta kenaikan PPN 12% ditunda atau dibatalkan. "Isu inilah yang dimainkan PDIP," pungkas Efriza. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved