Kepadatan penerbangan komersial di Bandara Halim Perdanakusuma saat ini dinilai sangat mengganggu kegiatan militer. Berdasarkan pengalaman, seringkali latihan TNI Angkatan Udara (AU) harus mengalah dan dialihkan dari Jakarta ke daerah lain.
"Banyak konfliknya, kami (TNI AU) latihan susah. Kalau latihan mengungsi ke Bandung, kalau tidak ke Lampung," kata Mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Jenderal (Purn) Chappy Hakim, Selasa (05/04).
Padahal, kata Chappy, sebagai pangkalan pesawat tempur TNI AU, Bandara Halim mestinya hanya difokuskan untuk kebutuhan pertahanan dan keamanan negara. Penggunaan yang tumpang tindih antara penerbangan komersial dan militer, justru membahayakan warga sipil.
Chappy juga menduga, tabrakan pesawat Batik Air dengan TransNusa yang terjadi malam tadi, Senin (04/04), diakibatkan karena sikap petugas yang terburu-buru menyelesaikan tugasnya, sebelum Bandara Halim ditutup untuk kebutuhan latihan persiapan HUT TNI AU.
"Bisa saja paginya ada latihan, terus ada rencana bandara mau ditutup buat komersial, sehingga mereka terburu-buru. Nah, buru-buru ini berpotensi menimbulkan kecelakaan," kata Chappy.
© Copyright 2024, All Rights Reserved