Presiden Mesir Muhammad Mursi menyatakan, aparat keamanan akan bertindak dengan ketegasan penuh untuk melindungi gedung-gedung pemerintah menghadapi demontrasi anarkis. Mursi menyatakan, akan menuntut tanggung jawab oposisi yang berada dibalik aksi kekerasan tersebut.
Pernyataan Mursi itu disampaikan ketika para demonstran terlibat bentrok dengan polisi di luar istana kepresidenan Ettihadiyah di Kairo, Jumat (01/02). Disebutkan, para demonstran mencoba menerobos gerbang istana dan memanjat dindingnya.
Mursi menuntut oposisi menentang kekerasan tersebut dan meminta para pengikutnya mundur. Kelompok oposisi yang menamakan diri Front Penyelamatan Nasional, yang menyerukan demonstrasi tersebut, mengatakan tidak terlibat sama sekali dengan tindakan massa yang tiba-tiba muncul di depan Istana Presiden. NSP juga mengecam segala bentuk kekerasan dan mendesak aparat keamanan untuk bertindak "dengan pengendalian penuh" terhadap para demonstran.
Istana Ettihadiyah, yang merupakan kediaman resmi Presiden Mesir itu didatangi pendemo usai salat Jumat. Mereka meneriakkan yel-yel antipemerintah, juga melontarkan bom molotov serta batu ke halaman istana. Aksi mereka memicu bentrokan dengan kepolisian yang menggunakan water cannon dan melepas tembakan ke udara untuk menghentikan aksi massa.
Selain di Istana Ettihadiyah, unjuk rasa yang berjulukan "Jumat Terakhir" merebak juga di Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo dan sejumlah ibu kota provinsi seperti di Iskandariyah, Port Said, Terusan Suez dan Ismailiyah. Ratusan pemuda berpakaian hitam pada Jumat petang juga mendatangi Gedung Majelis Syura (MPR) di dekat Tahrir dan menyatakan akan mendudukinya hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Unjuk rasa ini merupakan rentetan dari aksi serupa sejak peringatan HUT ke-2 Revolusi 25 Januari pada Jumat lalu dan berlanjut dalam sepekan terakhir yang menewaskan lebih dari 50 orang dan ratusan lagi cedera akibat bentrokan dengan aparat keamanan.
Bentrokan terparah terjadi di kota Port Said, Terusan Suez, dan Ismailiyah. Aksi kekerasan itu memaksa Presiden Moursi memberlakukan jam malam selama 1 bulan di ketiga kota tersebut. Sementara itu, Ikhwanul Muslimin yang mendukung Presiden Mursi tidak berniat turun ke jalan membela pemerintah.
© Copyright 2024, All Rights Reserved