Posisi cadangan devisa pada akhir April 2024 berdasarkan data Bank Indonesia (BI) tinggal 136,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Posisi devisa ini menjadi yang terendah sejak Oktober 2023 ketika posisinya melorot ke 133,1 miliar dolar AS.
Ini menjadi kekhawatiran banyak kalangan termasuk pasar. Penurunan cadangan devisa ini nampaknya kan terus berlangsung dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan puncak permintaan dolar Amerika Serikat yang biasanya terjadi antara Mei-Juni.
Jadwal pembayaran dividen dan imbal hasil investasi para investor asing yang sudah berlangsung sejak April lalu akan berlanjut sampai Juni dan memicu lonjakan permintaan valas di pasar.
Ada kekhawatiran, BI akan terpaksa mengerek bunga acuan lagi terutama ketika prospek bunga acuan global memburuk yang bisa dengan mudah memicu arus keluar modal asing dari pasar domestik seperti yang terjadi April lalu.
Saat ini pelaku pasar masih mempertimbangkan risiko kenaikan bunga acuan BI rate dalam waktu dekat.
"Kenaikan BI rate bisa terjadi bila inflasi inti CPI Amerika pada April tetap bertahan di level 0,4%," kata Lionel Prayadi dikutip Sabtu (11/5/2024).
Lionel menjelaskan, selisih imbal hasil investasi Indonesia dengan AS, saat ini di kisaran 245 bps, terbilang sempit dibanding yield spread negara berkembang lain seperti India atau pasar Amerika Latin.
Menurut Lionel, pasar mengkhawatirkan, dengan melihat lanskap bulan-bulan mendatang di mana turbulensi pasar bisa kembali datang di tengah lonjakan permintaan dolar di pasar domestik, rupiah bisa kembali mengalami overshoot. BI rate bisa kembali dikerek dan akan berimbas semakin dalam ke pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini.
Memasuki kuartal II, permintaan dolar AS di pasar memang biasanya lebih tinggi. Selain faktor repatriasi dividen investor asing dan pembayaran kupon, di bulan-bulan ini akan ada lonjakan permintaan dolar AS dari para jamaah haji seiring kedatangan musim pemberangkatan haji.
Kemudian ada pembayaran dividen asing yang diperkirakan mencapai kisaran 2,4 miliar dolar AS yang membutuhan pasokan dolar AS. Belum lagi ditambah kebutuhan valas rutin untuk mengimpor migas oleh PT Pertamina (Persero) lalu pembayaran utang luar negeri jatuh tempo baik pemerintah maupun korporasi swasta, juga permintaan valas para jamaah haji yang berangkat ke Mekkah baik berupa riyal Arab Saudi maupun dolar AS.
Indonesia diperkirakan memberangkatkan sekitar 241.000 calon jamaah haji. Bila diasumsikan, setiap calon jamaah haji membutuhkan riyal atau dolar AS sekitar 6.000 dolar AS saja, kebutuhan valas para calon jamaah haji bisa mencapai 1,4 miliar dolar AS.
Berkaca pada apa yang terjadi tahun lalu di puncak musim haji yang terjadi pada Juni, rupiah memang melemah akibat lonjakan permintaan valas terutama dari pembayaran dividen, pembayaran utang valas jatuh tempo, impor migas Pertamina ditambah kebutuhan valas haji.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam media briefing beberapa hari lalu menegaskan, cadangan devisa RI dipastikan aman.
Meski mengalami sedikit penurunan namun masih mencukupi lebih dari standar internasional.
Perry menjelaskan, cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor, atau berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Cadangan devisa kami itu jauh lebih tinggi dari ukuran IMF (International Monetary Fund). Sehingga 'kenapa penurunan cadangan devisa?', enggak usah gundah gulana, enggak usah insecure, ya memang wajarnya gitu," jelas Perry.
Perry berharap cadangan devisa akan kembali naik. Hal itu seiring dengan masuknya kembali aliran modal asing dan semakin stabilnya nilai tukar rupiah.
Perry mengatakan, cadangan devisa merupakan salah satu instrumen untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Karenanya, cadangan devisa menurun ketika digunakan untuk menstabilkan nilai tukar.
“Tapi cadangan devisa akan kembali naik, ketika aliran modal asing kembali masuk dan terjadi surplus perdagangan yang besar. Jadi saat panen devisa kami kumpulkan,” kata Perry.
Ada pun sampai minggu kedua Mei 2024, berdasarkan data Bank Indonesia, saliran masuk modal asing melalui SRBI mencapai Rp19,77 triliun. Sedangkan melalui instrumen SBN mencapai Rp8,1 triliun. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved