Akhir-akhir ini, nilai tukar rupiah terus melemah. Indonesia menghadapi tekanan ekonomi yang cukup berat. Pemerintah dan Bank Indonesia diminta untuk segera bertindak menyelamatkan rupiah agar tidak terus merosot, apalagi mencapai Rp15 ribu per US$. Pemerintah harus punya strategi khusus. Ancaman pelemahan mata uang rupiah ini tidak boleh dipandang sebelah mata.
Hal tersebut disampaikan oleh pengamat ekonomi Aviliani kepada politikindonesia.com di Jakarta, Selasa (01/09). Sarjana Ekonomi Manajemen dari Universitas Atmajaya Jakarta ini meminta pemerintah untuk waspada dan berhati-hati mengantisipasi pelemahan rupiah. “Ini mesti hati-hati. Jangan sampai rupiah terus terperosok sampai Rp15 ribu per uS$. Dampaknya bisa kemana-mana," ujar dia.
Aviliani mengatakan, jika rupiah semakin lemah dan berada dibawah nilai kewajarannya, akan menjadi pukulan berat bagi sektor industri termasuk perbankan.
Mau tak mau, industri terpaksa menaikkan harga di tengah cekaknya daya beli masyarakat. Kondisi ini bisa memicu kenaikan kredit macet (Non Performing Loan/NPL) di perbankan. “Kalau pemerintah tidak mengantisipasi, keadaan ini bisa semakin buruk. Inflasi akan tinggi.”
Aviliani menambahkan, Indonesia bisa mencontoh kebijakan yang dilakukan Tiongkok yang sudah semakin membuka diri bagi masuknya investasi. “Hal yang sama juga dilakukan Thailand dengan menyiapkan sejumlah insentif untuk menarik investor," ujarnya.
Kepada Elva Setyaningrum, perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur, 14 Desember 1961 ini mengemukakan pandangannya terhadap pelemahan rupiah akhir-akhir ini. Ia juga menyampaikan sejumlah saran kepada pemerintah agar Indonesia bisa keluar dari keadaan ini. Berikut petikan wawancaranya
Bagaimana anda melihat pelemahan rupiah akhir-akhir ini?
Kalau kita cermati, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini memang cukup signifikan. Pelemahan ini sempat menimbulkan kepanikan pasar dan memunculkan kekhawatiran akan adanya rezim devisa terkontrol.
Persoalan tambah memburuk dengan pernyataan para analis yang memproyeksikan hal-hal negatif tentang ekonomi dan rupiah. Pernyataan analis itu mempengaruhi keputusan orang, padahal pernyataan analis itu belum tentu benar. Kondisi ini jika dibiarkan bisa menimbulkan kepanikan pasar.
Apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengantisipasinya?
Bank Indonesia (BI) dan pemerintah harus menyampaikan pernyataan untuk menenangkan pasar dan masyarakat. Pemerintah dan BI harus meningkatkan koordinasinya guna meredam pelemahan rupiah.
Kebijakan dari BI, misalnya dengan mengatasi kesenjangan antara bank yang kelebihan dan kekurangan pasokan dolar. Intinya adalah, jangan sampai ada image bahwa Indonesia kekurangan dolar.
Faktor apa yang menyebabkan pelemahan rupiah?
Ada banyak faktor yang membuat rupiah melemah. Misalnya krisis ekonomi Yunani yang belum mereda dan perilaku investor yang lebih memilih untuk menyimpang uang dalam bentuk cash. Investor tidak memegang Euro, melainkan dolar Amerika. Hal ini mengakibatkan pasokan dolar Amerika agak terganggu. Padahal dari sisi capitakl out flow tidak terjadi peningkatan.
Pelemahan rupiah ini diperkirakan akan terjadi antara 2 minggu hingga 1 bulan. Rupiah akan membaik seiring dengan mulai pulihnya kondisi saham. Investor tidak punya banyak pilihan terhadap dana mereka. Sulit bagi mereka untuk membawa dana ke Eropa dan Amerika.
Sedangkan ke negara lain juga tidak mudah, marketnya tidak besar. Sementara, Indonesia masih menjadi negara tujuan untuk investasi, karena fundamental ekonomi Indonesia cukup baik.
Ada kekhawatiran investor akan menarik dananya dari Indonesia, saat kondisi ekonomi melemah?
Saya yakini, saat ini dana asing tetap masuk ke dalam negeri. Akan tetapi, besaran dana yang masuk tidak sebesar yang diharapkan oleh pasar. Celakanya, kita terlalu bergantung pada hot money.
Pemerintah tetap harus meneruskan pembangunan infrastruktur untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Kecenderungan rupiah akan melemah akibat pembangunan infrastruktur tersebut memang merupakan konsekuensinya. Sampai akhir tahun, supaya pertumbuhannya cukup bagus, pembangunan infrastruktur harus tetap dijalani.
Disamping itu, masalah investasi tetap menjadi kendala. Makanya BUMN harus digenjot dan dipaksa untuk menyelesaikan infrastruktur sehingga pertumbuhan kita bisa lebih bagus.
Selain itu, pemerintah juga harus mulai memikirkan standby loan untuk cadangan dolar AS sendiri, bukan dengan mengerem permintaan domestik. Saya sarankan, pemerintah kembali gencar menggenjot devisa hasil ekspor (DHE) sebagai alternatif untuk menutupi pembiayaan untuk infrastruktur tersebut.
Kalau sekarang ini kita sedang melakukan pengereman demand supaya rupiah kita menguat, tapi itu tidak memecahkan masalah. Menurut saya, kita harus tetap bangun infrastruktur, cari yang prioritas untuk efisiensi ekonomi.
Adakah saran yang Anda berikan untuk pemerintah agar Indonesia bisa keluar dari masalah ini?
Saya menyarankan pemerintah untuk menetapkan cadangan uang dalam bentuk dolar AS. Cadangan ini untuk menjaga-jaga agar pergerakan dolar AS tidak semakin liar. Sumber dana cadangan itu bisa dari utang luar negeri.
Soal rupiah ini, ada kesan pemerintah dan BI saling lempar tanggung jawab?
Saya sempat menyanyangkan tindakan pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan yang malah menyebut BI harus bertanggungjawab atas anjloknya rupiah. Karena dia beranggapan, anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah tanggungjawab utama BI. Padahal dia yang harus memaparkan strategi, bagaimana dalam menghadapi pelemahan nilai rupiah saat ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved