SEBUAH ungkapan bijak mengatakan, "Ketika sedang sulitlah, teman sejati dapat terlihat wujudnya".
Tentu saja siapa pun yang pernah menemukan idiom ini dalam kehidupannya pasti mafhum, termasuk presiden terpilih Prabowo Subianto pada titik nadir tertentu.
Mengikuti sikap pribadi Prabowo Subianto sejak terjun ke dunia politik elite beberapa tahun pasca reformasi, banyak hal yang dapat menjadi jejak catatan tersendiri. Terutama terkait sebuah teladan kepemimpinan dari seorang anak bangsa yang berjiwa sejati dalam turut memimpin dan menjaga negara Indonesia tercinta ini.
Melalui media sosial saja, demikian banyak perilaku cinta bangsa yang semata-mata tidak hanya berdasar tabiat welas asih kepada sesama. Tetapi juga menjadi bagian motivasi besar untuk mensejahterakan rakyatnya. Seakan tak hanya harta, tetapi nyawa pun menjadi nazar kesediaannya tanpa harus berucap kalimat.
Ketahanan mental seorang prajurit berbahan dasar kesetiaan pada negara dan bangsanya berhasil ditunjukannya dalam begitu pedih dan pilunya lika liku kehidupan yang harus dilaluinya ketika ribuan 'muntahan' fitnah, umpatan dan celaan sedemikian beringas dan sadis beredar dalam atmosfer dirinya pribadi.
Namun kebenaran akhirnya seperti berkata "you are not alone", kamu tak sendirian. Melalui rintangan tipu muslihat politik lawan yang sesungguhnya jauh hari telah melihat dan mengetahui potensi dirinya sebagai pemimpin masa depan bangsanya. Prabowo berhasil menghadapinya dengan mikul dhuwur mendhem jero, sebuah ungkapan filosofi Jawa tentang azas tak memberi buruk sangka pada siapapun.
Kemampuannya menunjukan sikap seorang kesatria sejati pada akhirnya tak dapat lagi diabaikan apalagi dinihilkan oleh para lawan politiknya. Perjuangan dua kali kontestasi pemilihan presiden dengan hasil kekalahan ternyata bukanlah pernyataan kegagalan, tetapi justru kemenangan yang tertunda. Terbukti ketika untuk ketiga kalinya dengan sebuah langkah 'catur politik' yang brilian.
Prabowo berhasil menunjukan kematangannya sebagai seorang pemimpin dengan jiwa besar. Ketika berhasil menggabungkan antara prestasinya sepanjang bertugas sebagai Menteri Pertahanan dengan kelompok-kelompok politik yang tadinya berseberangan dengannya menjadi kekuatan bersama untuk membangun negeri yang makmur ini.
Programnya sudah sangat jelas terang benderang. Seperti sebuah ungkapan 'belum dinikmati saja sudah dirasakan adanya'. Sementara itu dengan tidak memandang rendah lawan-lawannya di ajang pilpres yang dengan sangat vulgar merendahkan harkat martabat dirinya. Bahkan Prabowo menyampaikan ucapan permintaan maaf yang terasa begitu tulus kepada mereka pada kata akhir debat di malam penutupan itu. Sangat menyentuh hati.
Maka tidaklah salah ketika rakyat yang memiliki hak suara memilihnya secara massal dan memberinya kemenangan yang cukup fantastis. Bahkan rakyat yang tak memiliki hak suara pun mendukungnya dari balik mata dan hati yang tak terucapkan itu.
Dan melalui jalan yang telah terbuka baginya ini untuk mengurus bangsa dan negaranya ke depan dengan arif bijaksana, maka segala duri dan kerikil nan tajam itu pun menjadi sirna berubah menjadi secercah harapan besar menggapai menuju cita-cita dan niat mulianya, dan kita tentu dapat memberi ucapan, "akhirnya...ya pak Prabowo..."
*Penulis adalah Pemerhati Sosial Politik
© Copyright 2024, All Rights Reserved