Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh, mencatat sebanyak 420 rumah warga rusak akibat banjir bandang dari kawasan pegunungan setempat.
Sebanyak 420 rumah yang rusak tersebut terdiri dari rusak berat, sedang, ringan, dan terendam pada sembilan desa."Seperti di Desa Suka Makmur, Kecamatan Semadam terdapat 31 rumah rusak berat, 20 rumah rusak ringan, dan 15 unit rumah rusak ringan,"kata Kepala Bidang Darurat dan Logistik BPBD Aceh Tenggara, Irwan di Kutacane, Kamis (13/04).
Selanjutnya, delapan desa lagi tersebar pada Kecamatan Lawe Sigala-gala, yakni di Lawe Tua Gabungan merupakan terparah dengan 54 rumah rusak berat, 9 rumah rusak ringan, dan 22 terendam.
Di Kayu Belin terdapat 39 rumah rusak berat dan 41 rumah rusak sedang. Di Lawe Tua Persatuan ditemukan 16 rumah rusak ringan dan tujuh unit rumah terendam.
Di Lawe Tua Makmur tercatat 13 rumah rusak berat dan 24 rumah rusak ringan, di Lawe Kesumpat terdapat 7 rumah rusak berat dan 56 rumah rusak ringan.
"Terakhir di Desa Lawe Rakat lima unit rumah rusak berat dan 30 rumah rusak sedang, di Lawe Sigala Barat satu rumah rusak berat, dan Lawe Sigala Timur 30 unit rumah rusak ringan," ungkap Irwan.
Irwan mengatakan, banjir bandang kali ini merusak sarana umum yakni berupa tempat ibadah, masing-masing satu masjid di Desa Suka Makmur, dan gereja di Desa Lawe Tua Makmur. "Sarana umum lainnya juga rusak yaitu satu kantor desa, dan merendam infrastruktur jalan setinggi lima meter yang keduanya di Desa Suka Makmur," kata Irwan.
Badan Pusat Statistik (BPS) setempat menyebut, wilayah Aceh Tenggara memiliki 16 kecamatan dengan 385 desa. Dari jumlah itu, 282 desa di antaranya berada di lembah dan 103 desa terletak di lereng pengunungan.
"Aceh Tenggara merupakan daerah pegunungan yang memiliki ketinggian 25 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)," kata Plh Kepala Seksi Integrasi Pengolahan Data dan Deseminasi Stasistik BPS Aceh Tenggara, Wahyu Anshari.
TNGL merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang mana sekitar 33.3 persen berada di wilayah Aceh Tenggara atau seluas 364.885 hektare. Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya peranan kabupaten ini dalam menjaga kawasan hutan lindung yang merupakan salah satu paru-paru dunia. Selain itu, TNGL juga menjadi salah satu tempat melakukan penelitian baik flora atau fauna oleh peneliti domestik maupun asing.
© Copyright 2024, All Rights Reserved