Sebanyak 16 negara yang tergabung dalam {International Drug Enforcement Conference Far East Region Working Group Meeting} Ke-24 merencanakan menggelar operasi narkotika besar-besaran secara bersama. Ini merupakan upaya memerangi dan memberantas sindikat narkotika yang makin merajalela.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara di Hotel Kartika Plaza, Kuta, Bali, Selasa (12/9).
"Bagaimana strategi operasi ini masih kami bahas. Yang pasti, upaya ini untuk memberantas secara serentak berkembangnya sindikat narkoba di berbagai negara, termasuk ASEAN dan khususnya di Indonesia," kata Makbul. Selain operasi bersama, pertemuan ini juga akan membahas sistem komunikasi dan informasi berkaitan perdagangan narkotika.
Makbul menjelaskan, masing-masing negara menyadari persoalan narkotika bukan lagi masalah lokal atau sektoral internal negara, tetapi sudah merupakan masalah internasional.
Sementara itu Direktur DEA untuk Bangkok (Thailand) Andre Kullum menjelaskan dalam rangka menuju ASEAN bebas narkotika tahun 2015, pihaknya akan memberi dukungan dan bantuan berupa materi, pelatihan, hingga fasilitas lainnya yang dibutuhkan.
Pertemuan khusus membahas narkotika itu masih sepakat dan memprioritaskan tiga program, yakni memerangi perdagangan gelap narkotika, pencucian uang hasil perdagangan narkotika, dan penyimpanan bahan kimia seperti sabu dan ekstasi.
Makbul mengemukakan, Indonesia sudah beralih menjadi sarang produsen narkotika, tidak lagi hanya sebagai konsumen. Itu terbukti dengan ditemukannya beberapa pabrik ekstasi, bahkan merupakan pabrik terbesar ketiga di dunia.
Pertemuan yang berlangsung hingga Rabu ini tersebut diikuti 80 peserta, antara lain dari Indonesia, Malaysia, Jepang, Thailand, Singapura, Australia, Nepal, Amerika, India, dan China.
© Copyright 2024, All Rights Reserved