International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2016 digelar di Kuta Bali pada tanggal 28-30 Oktober 2016. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas Perkembangan ilmu dan teknologi terkini perikanan budidaya yang diselenggarakan. Konferensi ini dihadiri sebanyak 12 negara.
Ketua Asosiasi Masyarakat Perikanan Budidaya, Rokhmin Dahuri, mengatakan, peserta yang datang juga untuk bertemu bisnis yang mana dapat melakukan kerja sama segitiga antara akademisi, pebisnis dan pemerintah.
"Ini konferensi internasional mengenai akuakultur Indonesia yang sudah berjalan 6 tahun dan tempatnya berpindah-pindah. Target adalah supaya peneliti, dosen, pakar, pemerintah bisa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini dari perikanan budidaya," kata Rokhmin Dahuri di sela-sela acara konferensi internasional Akuakultur (ICAI) Kuta, Bali, Sabtu (29/10).
Konferensi ini juga bertujuan untuk temu bisnis. Sebab, ICAI 2016 akan mempertemukan pengusaha pakan, perusahaan teknologi budidaya dan lainnya. Dengan demikian, dimungkinkan kerja sama segitiga yaitu pakar atau peneliti, pengusaha dan pemerintah.
Menurut Rokhmin, pertemuan ini penting sebab teknologi perikanan masih minim di Indonesia dan perlu pengembangan. Sebab selama ini Indonesia masih mengimpor teknologi karena pemerintah belum memaksimalkan mengembangkan teknologi atau inovasi yang seharusnya mendapat dukungan.
Rokhmin mengatakan, saat ini ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam pembangunan akuakultur. Misalnya, masalah internal teknis sektor akuakultur dan kebijakan makro atau eksternal. Permasalahan yang sifatnya teknis adalah terkendala oleh jumlah jumlah pakan yang berkualitas, sehingga harganya mahal terus.
Selain itu, masalah lainnya yang juga cukup mengkhawatirkan adalah alih fungsi lahan yang cukup tinggi yang mana pemerintah harus ikut andil dengan mengeluarkan peraturan terkait alih fungsi lahan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved