Rentetan gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), banyak menimbulkan korban jiwa. oleh sebagian pihak dianggap sebagai kegagalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini tsunami.
Hal tersebut dibantah. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan.
“Dalam peristiwa gempa dan tsunami di Sulteng tidak ada human error dan instrument error yang kami lakukan dalam memberikan informasi dan peringatan dini. Jadi, apa yang kami lakukan sudah tepat. Yakni, mengeluarkan peringatan dini pada menit ke-5 setelah gempa,” katanya kepada politikindonesia.com disela-sela Asia/Oceania Meteorological Satellite User’s Conference ke 9 (AOMSUC-9) di Jakarta, Senin (09/10).
Dia menjelaskan, jika melihat data pasang surut laut Pantoloan di Teluk Palu menunjukkan tsunami terbesar di teluk sudah lewat saat pihaknya mengakhiri peringatan dini tsunami. Jadi, sebenarnya tidak ada masalah dalam operasional peringatan dini yang dilakukan pihaknya.
“Tidak ada yang gagal atau kecolongan dalam memberikan pelayanan peringatan dini tsunami. Kami bisa disebut gagal atau kecolongan bila terjadi tsunami, tetapi tidak memberikan peringatan dini sebelumnya. Kami juga tidak mencabut karena peringatan dini itu berbasis komputer modern dengan pemberitahuan berjarak 3- 5 menit setelah gempa dan tsunami datang,” ujarnya.
Meskipun sistem teknolgi yang dimilikinya sudah bekerja dengan baik, lanjutnya, tetapi subsistem yang menghubungkan ke masyarakat tampaknya masih banyak masalah. Dalam kasus tsunami Palu, peringatan dini terbukti telah dikirim melalui berbagai sarana diseminasi, meski ternyata SMS peringatan dini tidak sampai ke masyarakat Palu dan Donggala.
"Menurut laporan, penyedia layanan SMS mengalami gangguan akibat gempa kuat. Selain itu, dengan status ancaman tsunami “Siaga” maka estimasi tinggi tsunami berkisar antara 0,5 - 3,0 meter. Mestinya sirine di Teluk Palu dibunyikan oleh pemerintah daerah sebagai perintah evakuasi, tetapi sirine tidak berbunyi.
"Ternyata peralatan penerima warning WRS milik kami di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palu juga terganggu akibat gempa,” paparnya.
Diungkapkan, apabila fungsi peringatan dini tsunami di kawasan pesisir yang sumber gempanya dekat pantai juga kurang bekerja efektif. Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi masyarakat, yaitu dengan menerapkan evakuasi mandiri dengan menjadikan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami.
“Karena di Indonesia banyak daerah yang rawan tsunami cepat, maka masyarakat yang tinggal dekat dengan pantai penting melakukan evakuasi mandiri sebagai peringatan dini saat gempa terjadi. Apalagi, sumber gempanya cukup dekat. Begitu terjadi gempa kuat, segera menjauh dari pantai,” ucap Dwi.
Dia mengakui, banyaknya korban jiwa akibat bencana gempa dan tsunami di Indonesia, lantaran alat pendeteksi bencana di Indonesia masih kurang. Untuk wilayah seluas Indonesia, seribu alat pendeteksi bencana saja masih kurang, sedangkan pihaknua saat ini baru memiliki 175 alat pendeteksi. Akhir tahun ini ditargetkan menjadi 200 alat pendeteksi.
“Selain kurangnya alat pendeteksi bencana, untuk memasang alat pendeteksi harus berjuang keras. Karena untuk memasangnya diperlukan sebuah lahan. Untuk mendapat lahan itu perlu perjuangan, apalagi untuk mendapatkan alat tersebut. Apalagi, hingga saat ini belum ada kesadaran masyarakat untuk menjaga alat tersebut,” imbuhnya.
Dia mengatakan Indonesia sering mendapat gempa karena berada di lempeng dan tumbukanb Namun, mitigasi dan kesadaran akan gempa masih minim. Apalagi, selama ini memang masih ada masalah mendasar yang belum selesai, antara warning yang dikeluarkan pihaknya dan respon pemerintah daerah belum terhubung dengan baik
“Pemerintah daerah harus memiliki SOP pengambilan keputusan untuk merespon status ancaman tsunami, selain terus memberikan edukasi mitigasi ke masyarakat. Jika semua masalah ini terselesaikan maka kiranya akan dapat membantu kami dalam menyelamatkan masyarakat supaya tidak jatuh korban lagi saat terjadi tsunami," tegasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved