Gagal mewujudkan swasembada sapi pada tahun 2014, kini Kementerian Pertanian (Kementan) kembali menggulirkan swasembada lewat program upaya khusus (Upsus) sapi indukan wajib bunting (Siwab) mulai tahun 2017. Dalam program ini, ditargetkan akan terjadi lonjakan produksi sapi hingga 200 persen dalam 5 hingga 6 tahun ke depan, atau lebih cepat dari targetkan presiden selama 10 tahun.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, saat ini populasi sapi dan kerbau di Indonesia sebesar 15.196.154 ekor. Rinciannya sapi potong sebanyak 13.597.154 ekor, sapi perah sebanyak 472.000 ekor dan kerbau sebanyak 1.127.000 ekor. Dari populasi tersebut sebanyak 5.918.921 ekor merupakan sapi betina berumur dua hingga delapan tahun. Sementara sapi potong sebanyak 6.622.835 ekor.
"Nanti kami akan fokus agar sapi betina ini bunting sebanyak mungkin melalui program inseminasi," katanya kepads politikindonesia.com disela-sela jumpa wartawan mengenai Program Pembangunan Perternakan dan Kesehatan Hewan terkait Upsus Siwab dan Perunggasan di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (09/11).
Menurutnya, saat ini, ada 5,91 juta ekor sapi betina yang siap bunting, dan perkiraan tingkat keberhasilan sekitar 75 persen. Maka pada tahun depan akan ada sekitar 3 juta ekor anak sapi yang lahir. Dengan demikian diharapkan program ini dapat mendorong peningkatan populasi sapi dalam negeri untuk mencapai target peningkatkan 200 persen dalam 5 atau 6 tahun ke depan.
"Bila hal itu tercapai, maka kita bisa ekspor sapi. Diharapkan tidak sampai 2020 Indonesia sudah bisa swasembada sapi dan daging sehingga tak memerlukan impor lagi," ungkapnya.
Dijelaskan, Upsus Siwab 2017 ini, dilaksanakan melalui strategi optimalisasi inseminasi di 33 provinsi yang dibagi dalam tiga bagian. Pertama daerah sentra sapi yang pemeliharaannya sudah dilaksanakan secara intensif, seperti di Jawa, Bali, dan Lampung dengan populasi betina sebanyak 3,3 juta ekor. Kedua, daerah sentra peternakan dengan sistem pemeliharaan semiintensif, seperti di Sulawesi Selatan, Sumatra, dan Kalimantan dengan potensi populasi betina sebanyak 1,9 juta ekor.
"Ketiga, daerah ekstensif dengan total populasi betina sebanyak 0,7 juta ekor yang tersebar di NTT, NTB, Papua, Maluku, Sulawesi, Aceh, serta Kalimantan Utara.Untuk mendukung keberhasilan upaya ini, dilaksanakan pula kegiatan pendukung seperti penanaman rumput dan atau legume sebanyak 13 ribu hektare dan penyediaan sumber air (embung) untuk meningkatkan ketersediaan pakan hijau,” tambahnya.
Selain itu, lanjutnya, menyediakan obat-obatan dan vaksin untuk meningkatkan status kesehatan hewan serta penanganan medis terhadap ternak yang mengalami gangguan reproduksi sebanyak 300.000 ekor dengan target kesembuhan sebanyak 200.000 ekor. Kementan juga akan menyelamatkan betina produktif agar tak buru-buru dipotong sehingga ternaknya tetap bisa beranak.
"Upsus Siwab ini juga tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang memiliki ternak sapi. Mereka tidak memikirkan profit oriented. Mau bunting atau tidak, yang penting punya sapi dan bisa dijual kapanpun saat perlu," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved