Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) khawatir dengan adanya pekerjaan pembangunan drainase yang berpotensi merusak situs Gunung Padang. TTRM meminta pemerintah Daerah dan Dirjen Cagar Budaya turun tangan untuk mengatasinya.
Kekhawatiran itu disampaikan oleh Chaedar Saleh, arsitek yang juga anggota peneliti TTRM kepada politikindonesia.com, Selasa (28/10). Ia menyebut, aktivitas itu ditemui, saat Sub Kajian Budaya TTRM melakukan kegiatan di situs yang terletak di Desa Karya Mukti, Cempaka, Cianjur, beberapa waktu lalu.
"Para peserta kegiatan dikejutkan dengan pemandangan yang berbeda, yaitu pelaksanaan perbaikan jalan dan drainase sepanjang jalan dari Warung Kondang, hingga ke lokasi Situs Gunung Padang, titik depan rumah Juru Pelihara, pak Nanang," ujar dia.
Chaedar menambahkan, perbaikan jalan dan drainase tentu saja bermanfaat baik bagi kelancaran transportasi bagi pengunjung maupun pihak lain yang berkepentingan.
Namun muncul kegelisahan, ketika dalam area yang seharusnya membutuhkan perencanaan matang terlebih dahulu, tampak juga dilakukan pelaksanaan pekerjaan yang tampak sangat tergesa-gesa.
Ia mengatakan, area ini adalah wilayah yang termasuk ke dalam kawasan 29 hektar cagar budaya, menurut keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ditandatangani 17 Agustus 2014 lalu.
Chaedar mengatakan, area yang dibangun di gerbang masuk, depan area parkir bawah, menggelisahkan. Kekhawatiran muncul melihat cara membangun yang cukup kasat mata menggunakan alat berat backhoe, dan tanpa papan petunjuk yang jelas, mengenai apa yang sedang dibangun.
"Jika ini terkait dengan upaya ekonomi, maka secara sosial budaya lokal, harus dikaji terlebih dahulu kemanfaatannya kepada konsep ekologis dan kemasyarakatan," ujar dia.
Sedangkan area badan bukit, level ticketing situs juga menggunakan alat berat. "Berdasarkan analisa awal, lokasi tersebut masih menyimpan potensi temuan berupa teras-teras berundak yang terus menurun hingga sungai Cimandiri."
Chaedar menambahkan, penggunaan alat berat tanpa pengawasan arkeolog berpotensi menghilangkan tautan konteks artefak (jika tersingkap oleh alat berat). "Dan bahkan bisa merusaknya," ujar dia.
Chaedar menegaskan, atas kegelisahan terhadap aktivitas tersebut, TTRM menyampaikan klarifikasi, bahwa kegiatan di area tersebut bukan merupakan kegiatan TTRM dan tidak terkait dengan aktifitas penelitian dan pendampingan masyarakat yang dilakukan TTRM.
"Kedua, TTRM akan menyampaikan pertanyaan kepada pihak-pihak terkait mengenai dasar dan maksud kegiatan tersebut, agar pelaksanaannya tidak menghilangkan konteks arkeologi, dan tetap menjaga ekologi lingkungan dan sosial budaya lokal setempat," tandas dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved