Perempuan tak dapat dilepaskan dengan alam dan lingkungan. Karenanya, perempuan merupakan personifikasi dari alam dan lingkungan. Setidaknya, itulah pandangan Timo Pangerang, Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPP-RI).
Begitu besar perhatiannya kepada alam dan lingkungan. Karena itu, ketika ditawarkan sebagai pembicara dalam Diskusi Publik yang mengangkat tema: Peran Perempuan dalam Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup di Ruang Nuri Jakarta Convention Center, Kamis (03/06), istri Ir. Andi Baso Sulfa itu menyambutnya dengan antusias.
Dalam pandangan, Perempuan kelahiran Makasar 04 Februari 1966 itu, sebagai pengelola rumah tangga, perempuanlah yang paling banyak berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya alam. Itulah kemudian yang menyebabkan, dampak kerusakan lingkungan paling dirasakan oleh kaum perempuan.
Sebagai Ketua KPP-RI, selain tugasnya menjadi Anggota Komisi XI DPR RI, diberbagai kesempatan dipergunakannya untuk menyerap aspirasi masyarakat, terkait dengan alam dan lingkungan.
Selain selaras dengan latar belakang pendidikannya yang merupakan alumni Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin (1987), KPP-RI juga memiliki program untuk menginventarisir perundang-undangan yang berperspektif lingkungan dan gender. Jika ada Undang-Undang yang bias gender dan tidak mempedulikan lingkungan, maka politisi perempuan Partai Demokrat itu bertekad mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi.
Usai Diskusi, kepada Sapto Adiwiloso dari politikindonesia.com, yang menemuinya di Ruang Muri I JCC, Jakarta, Kamis (03/06), anggota Komisi XI DPR itu mengungkapkan pandangaannya. Berikut petikannya:
Sejauhmana anggota KKP-RI memberikan warna terhadap regulasi yang berbasis lingkungan?
Kami telah mewujudkannya saat penyusunan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Itu terjadi di era kepemimpinan sebelum saya. Sedang tugas kami sekarang, disamping terus mewarnai rancangan undang-undang lainnya, juga melakukan inventarisir terhadap produk undang-undang yang sudah ada.
Jika kemudian kami dapatkan ada UU yang tidak berperspektif lingkungan dan gender, maka kami berencana melakukan judicial review. Meski disadari, itu butuh waktu panjang.
Kami juga akan melihat lebih jauh, terhadap RUU yang masuk di prolegnas 2010. Khususnya yang ada kaitan dengan lingkungan dan gender. Mana yang paling perlu kita dulukan untuk dibahas di Badan Legislasi (Baleg) DPR. Itulah manfaatnya bersinergi dengan teman-teman di luar parlemen.
Praktiknya kan tidak mudah untuk menggolkan UU yang berperspektif semacam itu?
Perempuan harus terus menyuarakan. Perempuan harus melobi politisi laki-laki di parlemen agar mereka juga mau menyuarakan pentingnya aspek lingkungan dan gender. Menurut saya, hasilnya akan tetap maksimal kalau ada sinergi antara perempuan dan laki-laki di parlemen.
Kalau jalan sendiri, jelas tidak bisa. Tidak optimal hasilnya. Apalagi kita di parlemen ini masih minoritas. Meski demikian, kami tidak bisu. Untuk menyuarakan ini kita butuh penguatan teman-teman politisi laki-laki. Kita lakukan lobi-lobi dengan lintas gender, fraksi dan lintas komisi.
Anda begitu yakin?
Politik itu juga seni berkompromi. Perempuan punya talenta bagaimana harus berkompromi. Ada talenta bawaan yang bisa dieksplor. Seluruh anggota KKP-RI telah kami menyadari agar memperjuangkan hal itu hingga RUU tersebut bisa diselesaikan.
Dapat anda jelaskan bagaimana cara menjalin semua itu?
KPP-RI ingin bekerja sama dengan semua kementerian, akademisi, LSM dan sebagainya. Kami bersifat terbuka. Melakukan brainstorming, mendengar masukan. Kebetulan Kementerian Lingkungan Hidup pada Pekan Lingkungan Indonesia 2010, menggelar banyak diskusi publik tentang Potret Peranan Perempuan Indonesia Dalam Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Acara semacam ini juga sekaligus menjadi jendela kami, para politisi perempuan parlemen untuk mendengar aspirasi yang bersentuhan langsung dengan stakeholder.
Apa yang bisa dipetik dari kerjasama tersebut?
Kali ini kami bekerja dengan kementerian lingkungan hidup. Dari sini KKP-RI bisa bersinergi untuk bersama-sama menjaga, mengelola kelestarian lingkungan. Dengan bersinergi kita dapat lebih efektif dalam menghasilkan out put. Mereka juga bisa memberi masukan kepada kami terkait regulasi berperspektif lingkungan dan gender.
Kami punya fungsi legislasi, juga pengawasan dan anggaran. Apakah UU yang ada itu dilaksanakan dengan baik apa tidak. Bagaimana program pemerintah tentang lingkungan hidup, berjalan baik atau tidak. Jadi dengan kerjasama ini, masukan-masukan dari luar parlemen membuat kita yang di dalam dapat melihat secara lebih komprehensif dalam melakukan fungsi-fungsi parlemen tersebut.
Dari materi yang tersaji, perempuan begitu berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan?
Oh iya sangat penting. Sebetulnya alam itu dipersonifikasi sebagai perempuan. Kita lihat, ada ibu pertiwi, Bumi Pertiwi. Jadi kaitan perempuan dengan alam memang sangat erat. Perempuan bisa mempengaruhi kondisi alam dan dampak alampun sangat berpengaruh terhadap perempuan.
Peran perempuan dalam kelestarian lingkungan dapat dilihat dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Misalnya ketika seorang Ibu mengajak seluruh anggota keluarga untuk menghemat listrik, air, dan pemanfaatan tanah pekarangan, pemilahan sampah dan sebagainya. Ini juga wujud dari aplikasi 3R yakni Reuse (memakai kembali), Reduce (mengurangi), dan Recycle (daur ulang).
Biodata Singkat:
Nama : Ir.Hj.A.P.A Timo Pangerang
Tempat/Tgl Lahir : Makasar 4 Februari 1966
Fraksi : Partai Demokrat
Dapil : Sulawesi Selatan III
Komisi : XI DPR RI
Suami : Ir. Andi Baso Sulfa
Anak : 3 orang
Pendidikan Terakhir : S-1 Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin, Makasar
Perolehan Suara : 30.470 (29,6 persen) BPP: 102.903
© Copyright 2024, All Rights Reserved