Harga minyak global ditutup turun lebih dari 1 persen, pada Rabu waktu New York, Amerika Serikat (AS), setelah organisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC) melaporkan produksi minyak September, tertinggi dalam 8 tahun dan menyebabkan melimpahnya pasokan global.
Laman Reuters, Kamis (13/10), menyebutkan, harga minyak berjangka Amerika Serikat, turun 61 sen, atau 1,2 persen ke level US$50,18 per barel, dibandingkan Selasa lalu, US$50,79 per barel.
Untuk harga minyak berjangka Brent, tercatat juga turun 56 sen, atau 1,1 persen menjadi US$51,85 per barel dari harga penutupan Selasa lalu, yang sebesar US$52,36 per barel.
Pelemahan harga minyak yang terjadi saat ini, juga disebabkan oleh menguatnya dolar AS pada sejumlah mata uang dunia dalam tujuh bulan terakhir. Sehingga melemahkan permintaan minyak mentah, khususnya pembeli yang menggunakan Euro dan mata uang lainnya.
Selain itu, tidak konsistennya penyataan para petinggi energi dunia, turut mendorong harga minyak semakin lemah. Hal itu terlihat, dari masih besarnya produksi minyak dunia di tengah kesepakatan pemangkasan produksi di OPEC.
CEO Mercuria Energy Group Ltd, Marco Dunand mengatakan, harga minyak dunia ke depan bisa jatuh ke level US$40 per barel dan bahkan lebih rendah, jika OPEC gagal menyepakati pemangkasan produksi pada pertemuan November mendatang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved