Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Jakarta menjelaskan bahwa salah satu warga Rusia yang ditangkap di Batam, bernama Igor Riabchuck lantaran mengenakan kaos bergambar palu-arit adalah seorang turis. Riabchuck mengaku membeli kaos tersebut dari Vietnam.
Menurut Atase Pers Kedutaan Besar Rusia, Nikolay Karapetyan, Riabchuck tidak memiliki motif apapun soal kaos yang dipakainya dan tidak mengetahui kalau lambang tersebut dilarang di Indonesia.
"Dia hanyalah seorang turis dan tidak memiliki motivasi politik apapun. Dia membeli kaos itu dari Vietnam dan tidak tahu bahwa gambar tersebut dilarang di Indonesia. Kami telah berkomunikasi dengan otoritas berwenang di Batam, terkait masalah ini," kata Karapetyan kepada pers, Selasa malam (03/01).
Sebelumnya, Riabchuck sempat ditahan oleh Polda Riau karena mengenakan kaos berlambang palu-arit. Lambang tersebut merupakan simbol komunis internasional dan dilarang keras di Indonesia.
Kronologisnya, seperti dikutip situs Sputniknews, Riabchuck tiba-tiba didatangi oleh segerombol masyarakat lokal di Batam, pada Sabtu (31/12) lalu, karena memakai kaos tersebut.
Kelompok ini mengaku sebagai Anak-anak Komando Baret Merah (AKBM). Orang-orang ini, kemudian memperingatkan Riabchuck, jika dia melanggar hukum Indonesia dengan memakai kaos berlambang palu-arit milik komunis.
Namun, sayangnya maksud yang ingin disampaikan AKBM terkendala oleh penggunaan bahasa.
Riabchuck tidak dapat berbahasa Indonesia dan Inggris, dia hanya dapat berbicara menggunakan bahasa Rusia. Karena kesal, akhirnya kelompok ini membawa Riabchuck ke kantor polisi dengan paksa.
Kabid Humas Polda Kepulauan Riau, AKBP Saptono Erlangga menyebut, pihaknya tidak dapat melakukan penahanan kepada Riabchuck dengan alasan keamanan. "Pria ini (Riabchuck) hanya dapat berbicara bahasa Rusia, jadi dia tidak tahu menahu mengapa orang-orang ini (AKBM) menyeretnya kemari (Polda Kepri)," kata Saptono.
Saptono menjelaskan, polisi menyita kaos yang dibeli oleh Riabchuck di Vietnam itu dan mengembalikannya ke hotel tempat dia menginap. "Dia hanya wisatawan. Tidak ada motif politik di sini," pungkas Saptono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved