Pengacara muslim terkenal Myanmar, U Ko Ni,65, tewas ditembak di halaman parkir di bandara internasional Yangon, Myanmar, kemarin. Putri Ko Ni, Yin Nwe Khine, berkeyakinan bahwa kematian ayahnya karena agama.
Reuters, Senin (30/01), melaporkan, Yin Nwe Khine mengungkapkan bahwa ayahnya yang dikenal sebagai pakar konstitusi Myanmar itu kerap diancam. “Banyak orang membenci kami karena agama yang kami anut. Maka saya berpikir mungkin ini yang menyebabkan kematiannya. Tapi saya belum bisa memastikannya,” kata Yin New Khine.
Penasihat hukum untuk partai penguasa Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) ini ditembak di kepala dari belakang saat menunggu taksi yang akan membawanya keluar dari bandara pukul 4.30 sore waktu setempat.
Ko Ni baru saja menghadiri pertemuan kepemimpinan senior di Habibie Centre, Jakarta, Indonesia. Ko Ni menemani Menteri Informasi Pe Myint bersama sejumlah tokoh Muslim Myanmar.
Ia tengah memeluk cucu lelakinya yang baru berusia lima tahun saat serangan terjadi.
“Ayah sedang berbicara kepada anak saya ketika terdengar suara tembakan. Awalnya saya mengira ada ban mobil yang meletus. Kemudian saya melihat ayah tergeletak di tanah,” cerita Yin Nwe Khine.
Polisi mengatakan, pelaku penembakan adalah seorang pria berusia 53 tahun dari Kota Mandalay. Namun hingga kini polisi belum bisa memastikan motif pembunuhan itu.
Sebuah foto yang beredar secara viral memperlihatkan seorang pria dengan kaos merah muda, celana pendek dan sandal mengarahkan pistol ke belakang kepala Ko Ni.
Juru bicara Presiden Htin Kyaw, Zaw Htay, mengatakan, seorang sopir taksi yang berusaha menyelamatkan Ko Ni, turut tewas tertembak. "Kami sedang mencari tahu motif pembunuhan dan siapa dalang di balik ini," kata Zaw Htay kepada Reuters.
Pembunuhan ini menambah ketegangan antara warga lokal Budha dan minoritas Muslim di tengah-tengah operasi militer Myanmar di Negara Bagian Rakhine.
Ko Ni telah berulang kali menyebut militer masih memegang kendali pemerintahan Myanmar, meski partainya yang dipimpin Aung San Suu Kyi berkuasa sejak April lalu.
Pelapor hak asasi manusia perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar, Yanghee Lee, mendesak agar Suu Kyi menyelidiki kematian Ko Ni hingga tuntas. “Semua yang bertanggung jawab atas kematiannya harus diadili,” kicau Lee yang bertemu Ko Ni dalam kunjungannya ke Myanmar bulan ini.
Ko Ni adalah salah seorang tokoh Muslim ternama di negara yang mayoritasnya beragama Buddha tersebut. Dia dikenal sebagai pegiat mahasiswa pada masa pergolakan melawan rezim militer tahun 1988, dan pernah menjadi tahanan politik.
Setelah bebas, selain menjadi pengacara, dia juga menjabat sebagai penasihat di NLD. Namun dia tetap mengkritik partai pimpinan Aung San Suu Kyi itu karena tidak menempatkan calon anggota parlemen beragama Islam dalam pemilihan umum 2015.
Ko Ni turut membantu mendirikan Asosiasi Pengacara Muslim Myanmar dan menyuarakan perlunya perlindungan hak-hak warga Muslim. Dia juga mendirikan firma hukum, Laurel Law Firm bersama dua pengacara lainnya tahun 1995.
Mantan Ketua Jaringan Penasehat Hukum Myanmar, Kyee Mynt -yang dekat dengan Ko Ni- menegaskan Myanmar kehilangan wajah demokrasi.
"Merupakan kehilangan besar bagi kami bahwa Ko Ni tewas dibunuh. Dia adalah wajah demokrasi di negara kami dan adalah kehilangan besar bagi kami," kata Mynt.
© Copyright 2024, All Rights Reserved