Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesian National Air Carriers Association/INACA) Tengku Burhanudin meminta pemerintah mengevaluasi peruntukan Bandara Halim Perdanakusuma. Sebab pada awalnya Bandara Halim ditujukan untuk aktivitas militer. Kini penerbangan komersial yang menggunakan landasan bekas kegiatan militer.
Permintaan INACA menyusul insiden kecelakaan antara pesawat Batik Air dan TransNusa di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, tadi malam, Senin (04/04).
"Ke depan, harus ada evaluasi lagi tentang Bandara Halim yang hanya punya landasan pacu. Sementara pesawat komersial harus mempunyai tempat untuk parkir," kata Burhanudin di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (05/05).
Burhanuddin juga mengingatkan pemerintah bahwa Bandara Halim Perdanakusuma merupakan bandara sementara, yang diperbantukan untuk menangani kepadatan penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta.
Untuk itu Burhanudin meminta kepastian dari pemerintah mengenai status bandara tersebut mengingat adanya kegiatan militer di dekat bandara.
"Janjinya dulu kan hanya sementara saja sampai Bandara Soekarno-Hatta siap untuk mengoperasikan penerbangan lebih banyak. Di sini lebih banyak kegiatan militer dibanding kegiatan komersial," kata Burhandin.
Tadi malam terjadi tabrakan antara pesawat Batik Air dengan pesawat TransNusa di Bandara Halim Perdanakusuma. Tabrakan terjadi saat Batik Air dengan nomor penerbangan 7703 tujuan Halim-Makassar, mau lepas landas. Sementara pesawat TransNusa, saat itu tengah ditarik untuk dibawa ke apron.
Meski tak ada korban jiwa namun, sayap bagian kiri Batik Air rusak. Sementara TransNusa, bagian ekor dan sayap kiri pesawat mengalami rusak parah.
© Copyright 2024, All Rights Reserved