Indonesia memiliki destinasi pariwisata yang melimpah. Namun, jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana pendukung, serta dipromosikan dengan baik, maka peningkatan sektor industri pariwisata Indonesia hanyalah mimpi belaka.
Demikianlah kata anggota Komisi Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Reni Marlinawati kepada politikindonesia.com di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/01).
Dalam pandangan politisi perempuan dari Partai Persatuan Pembangunan ini, untuk memajukan pariwisata Indonesia, tidak hanya tergantung pada promosi yang diciptakan saja. Pengembangan harus juga harus diimbangi dengan penyediaan fasilitas pendukung yang memadai. Jika infrastruktur dapat dimaksimalkan, maka akan memberi dampak signifikan terhadap peningkatan industri pariwisata Indonesia.
"Untuk itu, dengan anggaran yang ada, diharapkan Kementerian Pariwisata bisa melakukan berbagai program progresif untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri. Apalagi saat ini pemasaran pariwisata terus ditingkatkan dan branding dilakukan, maka fasilitas infrastruktur sebagai pendukung juga harus dilakukan,” ujar lulusan S3 Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini.
Kepada Elva Setyaningrum, perempuan kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 10 Maret 1973 meyakinkan, pariwisata adalah sektor paling potensial untuk dikembangkan.
Ia berharap dengan anggaran Rp5,4 trilun tahun 2016 ini, pemerintah dapat berbuat banyak mengembangkan pariwisata. Apalagi dengan adanya kebijakan bebas visa terhadap sejumlah negara. Berikut wawancaranya.
Anda menyebut pariwisata adalah sektor paling potensial untuk dikembangkan. Apa alasannya?
Destinasi wisata di Indonesia itu melimpah ruah. Pariwisata merupakan sektor yang terbuka untuk dimanfaatkan oleh siapa pun. Apalagi kalau dikelola oleh para profesional di bidang ini. Kemajuan industri pariwisata akan memberikan dampak positif yang begitu luas. Di antaranya ada ekonomi industri, ekonomi kreatif dan ada pendidikannya. Bahkan, bisa jadi setengah dari aspek kehidupan ini bisa berkaitan dengan pariwisata.
Oleh sebab itu, saya meminta agar pariwisata menjadi perhatian serius bersama. Walaupun kondisi ekonomi kurang bersahabat, namun pariwisata tetap bisa bertahan.
Jangan salah. Pariwisata suatu saat nanti akan menjadi penyumbang devisa terbesar negara kita. Ketika, sebut saja, sumber daya terbarukan itu seiring dengan waktu akan habis, sementara pariwisata adalah industri yang tidak akan pernah habis.
Apa modal penting untuk mengembangkan pariwisata Indonesia?
Mengembangkan industri pariwisata, dibutuhkan kombinasi dari beberapa program. Setidaknya setahun belakangan ini, ada beberapa kombinasi strategi yang sudah dilakukan Kementerian Pariwisata, yakni branding, advertising dan selling.
Menurut saya, program tersebut juga sudah menunjukkan hasilnya. Dengan program branding, telah meningkatkan peringkat pariwisata Indonesia dari urutan 70 menjadi peringkat 47 dari 141 negara. Ini merupakan pencapaian yang cukup baik.
Selain itu, dengan branding Pesona Indonesia atau Wonderful Indonesia yang digalakkan oleh Kemenpar, telah mengenalkan potensi pariwisata Indonesia di mata dunia.
Namun, program promosi ini juga perlu ditunjang program lain. Jadi memang harus ada kombinasi lain juga. Pertama, soal infrastruktur, yaitu bagaimana orang datang Indonesia, naik transportasi apa. Kedua, destinasi. Yakni atraksi apa yang disasar? Daerah mana? dan melihat apa? Dan ketiga adalah promosi itu sendiri, dan keempat adalah Sumber Daya Manusia (SDM).
Kabarnya Kemenpar sudah melakukan sertifikasi kompetensi terhadap SDM pariwisata?
Betul. Dan ini langkah positif. Semakin banyak SDM pariwisata yang sudah tersertifikasi, akan berimbas pada kunjungan wisatawan.
Apalagi kini Indonesia menghadapi persaingan bebas dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).. Jangan sampai potensi-potensi pariwisata yang ada di Indonesia, nanti malah di ambil alih oleh orang lain dan dikelola oleh orang lain.
Jangan sampai kita sebagai rakyat Indonesia tidak memperoleh manfaatnya, tetapi justru hanya menjadi supporting stuck bagi masyarakat asing yang ada di kawasan Asean.
Tapi tidak perlu terlalu khawatir. Saat ini, SDM pariwisata Indonesia sudah cukup mumpuni, bahkan untuk di kalangan negara Asean.
Pemerintah memberlakukan bebas visa kepada 90 negara, apa dampaknya terhadap pariwisata?
Sebetulnya, kebijakan tersebut belum berdampak signifikan pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Tapi kebijakan ini sangat positif dan harus dikembangkan.
Memang, kalau kita lihat, hingga akhir Desember lalu, target wisman tercapai di angka 10,017 juta. Angka itu melampaui target Kemenpar sebanyak 10 juta wisman.
Hal itu bisa jadi karena dampak bebas visa ini. Namun, saya belum menemukan data yang menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara jumlah kunjungan wisman dengan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) itu. Kalaupun ada, masih sangat sedikit sekali.
Hemat saya, diperlukan evaluasi menyeluruh dari kebijakan tersebut. Sehingga kedepannya, tidak menutup kemungkinan menambah jumlah negara-negara yang diberlakukan BVK ke Indonesia. Karena kebijakan BVK ini akan memudahkan wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia.
Apalagi, jika mereka itu sudah sampai di negara tetangga, seperti Singapura atau Malaysia, mereka dipastikan akan menambah satu destinasi negara lagi, yaitu Indonesia. Karena mereka tinggal melanjutkan perjalanan sedikit lagi, sudah tiba di Batam, Bintan atau Jakarta, bahkan Denpasar.
Bagaimana dengan kesiapan destinasi yang bisa dikunjungi wisman?
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Thailand, Malaysia dan Singapura misalnya, kesiapan destinasi Indonesia masih kalah. Negara tersebut lebih agresif dalam melakukan promosi. Seharusnya, kalau destinasi di Indonesia sudah siap, maka promosi harus digencarkan. Dengan demikian, dapat menggenjot kunjungan wisatawan, yang ujung-ujungnya meningkatkan devisa negara secara signifikan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved