Dalam kampanye pemilihan Presiden (pilpres), calon Presiden (Capres) Joko Widodo kerap menampilkan simbol-simbol Bung Karno. Namun, Rachmawati Soekarnoputri, penggunaan simbol-simbol Bung Karno itu hanya alat Jokowi untuk mencapai kekuasaan. Jokowi dinilai tak memiliki semangat untuk melaksanakan ajaran Bung Karno.
Berbicara saat acara Sarasehan Bangsa "Laksanakan Trisakti Ajaran Bung Karno" di Jakarta, Jumat (06/06), Ketua Yayasan Bung Karno itu mengatakan, simbol-simbol Bung Karno yang dipakai Jokowi, seperti merakyat yang diukur melalui cara berpakaian seadanya dan kata "Revolusi Mental" yang menjadi gagasannya, tidak bisa mencerminkan sifat pribadinya.
"Ini tidak bisa menjadi ukuran. Itu hanya jargon-jargon, lipstik dan kosmetik semata. Hanya dalam konteks bagaimana mencapai kekuasaan saja. Ini tidak memberikan pendidikan politik kepada rakyat," ujar Rachmawati
Anggota Dewan Pertimbangan Partai Nasdem itu -- salah satu partai pengusung Jokowi-JK--berpendapat, mestinya Jokowi lebih memiliki semangat menjalankan ajaran Bung Karno, tak hanya sekedar mencitrakan dirinya dengan menggunakan simbol-simbol Bung Karno. "Itu yang saya herannya. Padahal kalau bicara soal Soekarno, di situ ada anak biologis Bung Karno," ujar Rachmawati.
Anak biologis Bung Karno yang dimaksud Rachmawati itu adalah kakaknya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Seokarnoputri, yang memberi mandat Jokowi menjadi Capres. Ia menilai justru Prabowo Subianto, yang dalam visi-misinya lebih memiliki semangat dalam menjalankan ajaran Bung Karno.
Ia mengatakan, sejumlah visi misi Jokowi yang banyak disiarkan media massa, justru jauh dari konteks ajaran Bung Karno. Misalnya, rencana pasangan Jokowi-JK untuk mereposisi kepolisian dan menempatkannya di bawah kementerian negara. "Saya mengkritik keras, ini pikiran federalis akibat amandemen UUD 1945," ujar Rachma.
Bukan hanya itu, Rachma juga mengkritik rencana pasangan yang diusung PDIP, NasDem, Partai Hanura, dan PKB itu untuk menguatkan sistem presidensial. "Wah kok bicara soal penguatan sistem presidensial. Main visi misi penyelamatan bangsa. Kalau tidak tahu soal persoalan bangsa ke depan, jangan main-main," ujar dia.
Rachmawati mengaku dirinya mendapat pesan pendek dari sejumlah teman yang menyebut Indonesia kini mencangkok pemikiran dari negara-negara Eropa, negara barat, "Bahaya ini, ada yang menyebut ini, saya sebut saja, timses Jokowi-JK," ujar dia.
Rachmawati juga menilai majunya Jokowi sebagai Capres tidaklah sesuai dengan etika politik yang ada. Sebab, Jokowi masih memiliki tanggung jawab selama 5 tahun membenahi DKI Jakarta sesuai dengan janjinya saat berkampanye di Pilgub DKI Jakarta tahun 2012.
"Dalam melihat pencapresan Jokowi, saya melihat kurang etis. Beliau sudah dikontrak Warga DKI untuk menjabat sebagai Gubernur selama 5 tahun, lalu tiba-tiba karena ada suatu kepentingan lain dia menganulir kontraknya," tandas dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved