Kontroversi rencana kenaikan tarif dasar listrik kembali mengemuka. Juli mendatang TDL akan dinaikkan sampai 15 persen. Tetapi, pihak Komisi VII DPR menilai rencana itu harus ditunda, karena bisa membebani masyarakat, dan kalangan industri. Kenaikan itu dinilai akan berdampak pada psikologis masyarakat.
Direktur Keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Setio Anggoro Dewo mengungkapkan, kenaikan tarif listrik perlu dilakukan setiap tahun hingga 2013. Dengan begitu, BUMN kelistrikan itu bisa memenuhi investasi sektor ketenagalistrikan hingga Rp70 triliun setiap tahun.
“Kalau PLN ingin berinvestasi Rp70 triliun per tahun, TDL harus naik setiap tahun,” kata Setio dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/04).
Setio mengungkapkan, jika biaya pokok produksi dan tarif jual ke masyarakat berimbang, pada 2012, PLN sudah mencapai titik impas (BEP).
Untuk margin usaha, perseroan hanya butuh empat tahun. Hitung-hitungannya, pada 2010 dan 2011 sebesar 8 persen, 2012 sebesar 5 persen, dan 3 persen pada 2013. Seharusnya, kata Setio, pemberian margin usaha pada PLN sudah diterapkan sejak 10 tahun lalu. Karena, tidak direalisasikan, kata Setio, wajar jika PLN sekarang minta lebih tinggi.
Untuk kepentingan penghematan, tahun ini PLN menargetkan penekanan susut energi 9,41 persen. Itu artinya, setara dengan Rp500 miliar, sebagai upaya perbaikan efisiensi perbaikan operasional PLN.
Dampak psikologis
Komisi VII DPR meminta pemerintah menunda kenaikan tarif dasar listrik, yang direncanakan Juli 2010. Kenaikan tarif itu, dinilai bakal berdampak psikologis bagi masyarakat. Karena menurut anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto, sebulan kemudian, Agustus, sudah bulan Ramadhan. Saat itu, biasanya, harga bahan kebutuhan pokok akan mahal.
Dengan semangat itu, Dito menyarankan, lebih baik pemerintah dan PLN mencari solusi lain, menekan angka subsidi listrik agar tidak membengkak, dan membebani anggaran negara. Dari hitungan PLN, kata dia dalam dengar pendapat dengan PLN itu, jika TDL naik rata-rata 15 persen, ada penghematan Rp7 triliun.
"Pemerintah dan PLN bisa cari cara lain, untuk menekan angka subsidi," tutur Dito.
Soalnya, gerak laju pihak industri dalam negeri juga bakal terganggu, jika TDL naik. Dito menuturkan, sejauh ini, komisinya sudah didatangi pelaku industri yang mengungkapkan kerepotan mereka jika TDL naik. Dengan kenaikan rata-rata 15 persen itu, menyebabkan biaya pokok produksi naik.
Itu artinya, harga makanan dan minuman dipastikan bakal mengikuti, alias meningkat. Akibat selanjutnya, kehidupan ekonomi masyarakat, makin terbebani. Karena, biasanya tak lama kemudian, kebutuhan pokok lainnya ikut melambung harganya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved