Masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah memasuki tahun ketiga. Ke depan, Presiden mengatakan akan merubah pola kepemimpinannya yang selama ini lebih cenderung menggunakan pendekatan persuasif menjadi lebih tegas atau dengan kata lain akan lebih menggunakan bahasa terang.
"Pemerintahan yang saya pimpin telah memasuki tahun ketiga, karena itu ke depan saya akan lebih menggunakan bahasa terang," katanya, dalam acara puncak peringatan HUT ke-69 Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA di Auditorium Adhiyana, Wisma ANTARA, Jakarta, Selasa.
Menurut Kepala Negara, masa dua tahun pemerintahannya sudah cukup untuk melakukan pendekatan persuasif dalam mengelola dan menyelesaikan persoalan yang dihadapi rakyat, baik antara pusat dengan daerah, maupun antara pemerintah dengan non-pemerintah.
Sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, kata Presiden, pada tahun ketiga dan ke depan, dirinya ingin lebih konkret, lebih langsung, dan menggunakan bahasa terang.
"Kita ingin mengemban tugas kita secara terbuka dan bisa dilihat rakyat. Dengan demikian, rakyat tahu bahwa pemimpin dan aparatnya bekerja sungguh-sungguh untuk mereka semua. Saya kira sudah saatnya seperti itu," demikian Presiden Yudhoyono.
Pada kesempatan itu, Presiden juga mengritik sebagian liputan pers dalam negeri yang pada beberapa sisi dinilai kurang akurat dan kurang berimbang, sehingga masyarakat tidak mendapatkan informasi secara utuh.
Tidak utuhnya informasi yang disajikan media dalam negeri tersebut juga telah mengimbas pada merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya sendiri dan masih banyak lagi kerugian lainnya
Oleh karenanya, menurut Presiden, pers harus terus didorong ke arah kehidupan yang konstruktif dan berdasarkan pada berita-berita yang berimbang.
"Memang masih ada korupsi, hukum belum sepenuhnya berjalan, seperti juga yang ada di negara lain. Tapi, tidak benar jika Indonesia dikatakan selamanya {wrong}," kata Presiden Yudhoyono.
Pers, menurut Kepala Negara, seharusnya memegang teguh tiga prinsip, yakni seimbang (balance), menyampaikan kebenaran ({tell the truth}), dan menjaga sensor internal ({self cencorship}).
"Kita budayakan balance news ini. Katakan tidak baik jika memang belum baik, dan masih banyak kekurangan. Tapi, juga jangan malu-malu jika mengatakan sudah baik, jika keadaannya memang demikian," kata Presiden.
Kepala Negara juga mengatakan bahwa pers juga harus menyampaikan fakta sesuai apa adanya. "Katakan jika sudah ada upaya-upaya perbaikan itu. Jelaskan secara utuh dan seimbang," kata Presiden.
Presiden mengambil mencontohkan, kondisi umat Islam di Indonesia bisa hidup berdampingan dengan umat beragama lainnya secara harmonis, dan hal tersebut perlu disampaikan untuk mengubah citra Indonesia di mata masyarakat dunia.
Mengenai sensor internal media, Presiden berjanji bahwa pemerintah tidak akan lagi melakukan pemberangusan (breidel) atau kontrol terhadap pers sejauh media bisa secara dewasa melakukan self cencorship tersebut. "Sudah semakin dewasanya pers, maka tidak perlu lagi ada kontrol negara atas pers," kata Kepala Negara.
Dengan adanya pemberitaan yang berimbang, jujur dan adanya sensor internal media, maka perkembangan pers di Indonesia akan semakin lengkap, demikian Presiden Yudhoyono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved