PT Pertamina mengaku masih mengalami kerugian dari hasil penjualan bahan bakar minyak jenis premium sepanjang tahun 2015 lalu. Penjualan premium sepanjang tahun lalu tercatat sebesar 27,96 juta kilo liter (KL) atau turun 2 juta KL dari penjualan pada tahun 2014 lalu.
Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Soetjipto, mengatakan, meskipun penjualan premium sepanjang tahun lalu mengalami kerugian, namun porsi angka kerugian tersebut sudah jauh lebih berkurang dibandingkan periode penjualan pada tahun 2014 lalu.
“Kami masih rugi dari penjualan premium US$5,9 juta. Tapi angka itu sudah turun dari kerugian yang cukup besar sampai Rp12 triliun (dari periode sebelumnya),” kata Dwi kepada pers di kantornya, Jakarta, Selasa (31/05).
Meskipun penjualan premium secara keseluruhan mengalami kerugian pada tahun lalu, namun Dwi mengakui bahwa hal itu tidak terlalu berpegaruh pada kas keuangan perusahaan. Buktinya, perseroan masih bisa mencetak laba bersih senilai US$1,42 miliar.
“Tidak apa-apa, dan tidak masalah karena ini untuk kepentingan masyarakat. Harga premium juga ditentukan oleh pemerintah,” ujar Dwi.
Penjualan premium sepanjang tahun lalu diklaim mencapai US$5,9 triliun. Sementara dari penjualan solar, Badan Usaha Milik Negara sektor energi tersebut mengaku justru meraup untung sebesar US$4,5 juta.
© Copyright 2024, All Rights Reserved