Bank Indonesia (BI) mencatat posisi Utang Luar Negeri (ULN) pada Agustus 2015 mencapai US$303,2 miliar atau setara Rp 4.158 triliun. Dari jumlah ini, pangsa ULN sektor swasta tercatat 55,8 persen (US$ 169,3 miliar), lebih besar dari ULN sektor publik sebesar 44,2 persen (US$ 134,0 miliar).
BI dalam keterangan resminya, Rabu (21/10), mengatakan, jumlah utang luar negeri itu mengalami penurunan US$ 0,7 miliar dibandingkan posisi Juli 2015 yang sebesar US$303,9 miliar sekitar Rp4.168 triliun.
Penurunan tersebut, disebabkan oleh penurunan ULN baik sektor publik maupun sektor swasta. Posisi ULN sektor publik turun US$0,5 miliar, terutama disebabkan oleh turunnya ULN Pemerintah. Sementara itu, posisi ULN sektor swasta turun US$0,1 miliar, terutama disebabkan oleh turunnya ULN sektor perbankan.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia pada Agustus 2015 didominasi oleh ULN berjangka panjang yang mencapai 85,2 persen dari total ULN.
ULN jangka panjang sebagian besar berasal dari ULN sektor publik (50,7 persen dari total ULN jangka panjang), sementara ULN berjangka pendek didominasi oleh ULN sektor swasta (93,7 persen dari total ULN jangka pendek).
Pertumbuhan ULN berjangka panjang pada Agustus 2015 tercatat 5,3 persen year on year (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan Juli 2015 yang tercatat sebesar 5,5 persen yoy. Sementara itu, ULN berjangka pendek masih mengalami kontraksi 3,1 persen yoy.
Dijelaskan, ULN swasta pada akhir Agustus 2015 terutama terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,2 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan ULN sektor listrik, gas dan air bersih mengalami peningkatan, sementara pertumbuhan tahunan ULN sektor keuangan dan sektor industri pengolahan tercatat melambat. Di sisi lain, pertumbuhan tahunan ULN sektor pertambangan masih mengalami kontraksi, meskipun tidak sedalam kontraksi yang terjadi pada bulan sebelumnya.
“BI memandang perkembangan ULN Agustus 2015 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta," jelas BI.
Pemantauan ini agar ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved