Pemerintah Mesir menangkap tujuh orang, termasuk putra seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin (IM) atau Persaudaraan Muslim yang dituding terkait dengan serangan bom bunuh diri di kantor polisi utara Kairo yang menewaskan 16 orang bulan lalu.
"Tujuh terdakwa telah ditangkap, yang paling menonjol adalah Yehya Al Mongi Saad al-Huseini, yang merupakan anak dari seorang pemimpin IM," kata Menteri Dalam Negeri, Mohamed Ibrahim seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (02/01).
Pemerintah didukung militer mengklaim kelompok itu merupakan organisasi teroris yang melakukan serangan bom tersebut. Kejadian itu menjadi salah satu insiden terburuk yang dihadapi Mesir sejak militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada Juli lalu, menyusul protes terhadap pemerintahannya.
Namun, Perkumpulan IM yang telah memenangkan lima pemilu berturut-turut sejak penggulingan Hosni Mubarak pada 2011, menyangkal berhubungan dengan tindak kekerasan yang dituduhkan pemerintah tersebut.
Sebaliknya, sebuah kelompok militan yang berbasis di Sinai, Ansar Bayt al-Maqdis, mengaku bertanggung jawab atas serangan 24 Desember di Mansoura.
Sejak Mursi digulingkan, pasukan keamanan bertindak keras terhadap Persaudaraan Muslim dan menangkap ribuan pendukungnya yang menuduh tentara melakukan kudeta dan menuntut pertanggungjawaban.
Mendagri Mesir Mohamed Ibrahim juga menuduh kelompok tersebut telah membuka jalur komunikasi dengan kelompok Hamas di negara tetangga Gaza dan menerima pelatihan militer dari mereka.
Ibrahim menuduh Hamas terlibat dalam berbagai serangan di Mesir dalam beberapa bulan terakhir, tanpa memberikan rincian. Hamas, yang dibentuk pada 1987, merupakan cabang dari IM.
Seorang juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, menyangkal tuduhan itu dan menyebutnya sebagai usaha untuk menyesatkan publik Mesir dan menciptakan krisis internal di Mesir. Sedikitnya 350 polisi dan tentara tewas dalam pemboman dan penembakan sejak Mursi digulingkan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved