Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai, di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kehidupan antar umat beragama dan suku lebih terbuka dan toleran dibanding era Orde Baru. Atas dasar itulah, PBNU menyatakan setuju dengan rencana pemberian penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Bagi kami, Nahdlatul Ulama bersyukur kepada Allah SWT dan sebagai Presiden kita dapat penghargaan yang berhasil mempertahankan toleransi, persatuan dan kesatuan antara agama dan antar suku," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Senin (27/05).
Meski mengakui saat ini masih terjadi konflik sesama umat beragama mau pun antar umat beragama di Indonesia, namun menurut Said, hal itu wajar di era demokrasi dan globasisasi.
"Tapi di era Pak SBY jauh lebih baik daripada masa lalu yang banyak diskriminatif dan otoriter berlebihan," kata Said.
Sebagai contoh, Said menyebutkan selama dua periode pemerintahan SBY, kehidupan beragama antar umat beragama berjalan baik. "Bandingkan dengan negara lain, seperti negara-negara Islam di Timur Tengah banyak yang konflik berdarah-darah dan lebih parah, seperti di Afghanistan, Somalia, Sudan, Mesir bahkan sekarang di Suriah," ujar Said.
Said berpendapat sudah selayaknya SBY diberikan penghargaan atas terjaminnya toleransi keberagamaan di Indonesia. Karena, tidak mudah menjaga persatuan kesatuan Indonesia yang memiliki 400 suku, 6 agama dan 16.000 pulau ini.
“Seseorang diberi penghargaan, bukan berarti 100 persen sempurna. Tentu ada kekurangan, dan kekurangan itu bisa diisi semua komponen bangsa lainnya. Boleh jadi penghargaan itu dikatakan teguran, tapi teguran yang positif nilainya. Penghargaan yang mengandung kritikan. Coba zaman Pak Harto, apakah ada yang berani ngeritik? Pasti besoknya ngga pulang ke rumah," papar Said.
© Copyright 2024, All Rights Reserved