Beberapa sentra produksi padi kini memasuki musim panen. Kondisi ini mempengaruhi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang turun sebesar Rp 300 per kilogram (kg). Harga gabah pun ikut turun Rp800 per kg. Kementerian Pertanian yakin, harga beras akan kembali normal pada Februari mendatang.
“Harga beras turun, bukan karena ada impor. Tapi lantaran, beras produksi petani diperkirakan mulai masuk ke pasaran. Sehingga harga normal karena pasokan berlimpah,” kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman kepada politikindonesia.com usai memberikan arahan pada Pembekalan dan Orientasi CPNS Kementan Formasi Tahun 2017, di Kantor Kementan, Senin (29/01).
Menurut Amran, biasanya kalau sudah mulai panen raya pada Februari, Maret, April dan puncaknya bulan Maret. Artinya, harga beras tidak akan naik sampai bulan Juni. Apalagi, saat memasuki panen raya seperti sekarang ini, harga gabah mengalami penurunan Rp800 per kg. Oleh sebab itu, pihaknya terus berusaha agar nilai gabah tidak turun drastis, karena bisa merugikan petani.
“Kami bekerja sama dengan pihak lain, khususnya Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), dalam menjaga stabilitas harga gabah. Makanya, kami meminta Bulog agar bisa maksimal menyerap gabah dengan harga tertinggi. Sehingga dapat menguntungkan petani. Karena kalau petani rugi, kasian sekali mereka,” ujarnya.
Pihaknya berharap, penurunan harga tersebut bersifat linear. Sehingga pihaknya bisa memastikan, bahwa harga beras dan harga gabah akan turun bersamaan. Karena saat ini pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan Bulog, terkait penurunan harga tersebut.
“Agar Bulog dapat menyerap hasil panen raya dari petani yang akan berlangsung pada bulan Februari hingga Mei 2018 ini. Kami yakin bisa mengantisipasi kenaikan harga beras yang terjadi selama ini. Namun, kami belum dapat memastikan target hasil penerimaan gabah dan beras di panen raya kali ini. Sebab, kami masih akan memantau kondisi panen raya di berbagai daerah,” ucapnya.
Amran mengungkapkan, sebenarnya tren kenaikan harga beras memang biasa terjadi pada setiap periode Desember-Januari. Jadi lonjakan harga beras bukan hanya terjadi kali ini saja. Fenomena kenaikan harga itu sudah terjadi bertahun-tahun pada periode yang sama. Bahkan, kenaikan harga beras yang terjadi pada tahun ini, tidak lebih tinggi dari harga tahun lalu.
“Harganya hampir sama. Memang trennya seperti itu. Namun pada Februari tren harga beras akan turun seiring dengan masuknya beras petani. Bahkan jika produksi petani terus meningkat, harga gabah di tingkat petani akan anjlok. Saya pastikan bulan Februari harga turun. Jadi biarkan saat ini petani menikmati sedikit saja,” ulasnya.
Diperkirakan, pada 4 bulan pertama di 2018, Indonesia mengalami suplus hingga hampir 5 juta ton beras. Hal tersebut menyusul mulai masuknya masa panen padi di sejumlah daerah di Indonesia mulai Januari-April 2018. Pihaknya menyebutkan, pada Januari ini luas lahan panen mencapai 854.369 hektare (ha) dengan hasil 4.519.612 ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 2.835.605 ton beras. Sedangkn rata-rata konsumsi per bulan sebesar 2.506.285 ton, sehingg ada suplus 329.320 ton.
“Untuk Februari luas lahan panen akan meningkat menjadi 1.638.391 ha dengan hasil GKG 8.667.088 ton atau setara 5.437.731 ton beras. Jika konsumsi beras 2,5 juta ton, maka akan ada suplus 2.931.446 ton beras. Di Maret, luas lahan panen kembali meningkat menjadi 2.252.962 ha dengan hasil 11.918.169 ton GKG atau setara 7.477.459 ton beras. Dengan perkiraan besaran konsumsi yang sama, maka ada suplus beras 4.971.174 ton. Sedangkan, pada April, luas lahan panen turun menjadi 1.664.187 ha, yang menghasilkan 8.803.549 ton GKG atau setara 5.523.347 ton beras. Meski produksi turun, namun pada bulan tersebut diperkirakan masih akan suplus beras 3.017.062 ton,” urainya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved