Sebuah berita yang mengejutkan banyak pihak muncul rumah Brigjen Koesmayadi. Padahal Wakil Asisten Logistik Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Waaslog KSAD) itu baru saja meninggal dunia pada Minggu (25/6) siang lalu di kediamannya Kompleks Raflesia, Cibubur, Jakarta Timur, akibat serangan jantung. Namun kehebohan itu bukanlah soal penyebab meninggalnya jenderal bintang satu ini.
Hanya beberapa jam setelah pemakamannya puluhan ribu amunisi, ratusan senjata laras panjang dan pendek, sejumlah granat, serta alat teropong ditemukan di salah satu rumah almarhum di Jalan Pangandaran No. 15, Ancol, Jakarta Utara. Penemuan itu terjadi saat pihak Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI AD menjalankan prosedur standar, menarik kembali barang-barang inventaris satuan. Prosedur itu biasa dilakukan bagi prajurit TNI yang pensiun maupun meninggal dunia.
Dari hasil penarikan invetaris senjata itu, terdapat 145 pucuk senjata terdiri dari 96 pucuk senjata laras panjang dan 7 pucuk senjata sejenis tak beralur, jenis M-16, MP-5, SS-1 (buatan PT Pindad), dan jenis AK. Selain itu, juga ditemukan sebanyak 42 pucuk senjata laras pendek, 28.985 butir peluru, 9 granat, dan 28 teropong.
Penemuan itu dilansir oleh langsung Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Djoko Santoso dalam jumpa pers di Markas Besar TNI AD Jakarta, Kamis (29/6) malam. Menurut Jenderal Djoko Santoso, jumlah senjata dan amunisi yang ditemukan tersebut berada di luar batas kewajaran jumlah senjata yang dapat dimiliki seorang personel TNI.
”Jumlah itu di luar batas kewajaran. Untuk itu, TNI AD akan menindaklanjutinya dengan menggelar pemeriksaan dan penyelidikan, yang nantinya juga akan ditindaklanjuti secara hukum. Akan tetapi, sebaiknya kita tidak berspekulasi tentang temuan senjata dan amunisi tersebut. Nanti jika ada perkembangan, kami akan sampaikan kepada pers,” ujar Djoko.
Sontak, keterangan pers KSAD itu mendapat tanggapan dari banyak pihak. Anggota Komisi I DPR Djoko Susilo (Fraksi Partai Amanat Nasional, Jawa Tengah X) melihat penemuan senjata di kediaman Koesmayadi luar biasa, mengejutkan dan sekaligus sangat mengkhawatirkan.
Betapa tidak, persenjataan itu untuk kebutuhan satu regu pasukan dan berpotensi memicu kekacauan jika disalahgunakan. Sangat patut dipertanyakan asal usul, maksud, dan alasan kenapa persenjataan itu disimpan di kediaman Koesmayadi. "Alur persenjataan militer mestinya jelas, setiap perpindahan disertai berita acara. Pegang senjata itu harus ada izin. Kalau seperti ini, sistem administrasi di TNI itu seperti apa?" kata Djoko Susilo.
Djoko Susilo meminta agar kasus Koesmayadi ini ditilik lebih dalam dan dituntaskan untuk menghindarkan spekulasi yang meresahkan masyarakat. Harus juga dibuka jalur relasi mendiang karena bukan tidak mungkin praktik serupa juga terjadi pada para petinggi TNI lainnya. Indikasi bahwa persenjataan TNI bisa beredar tanpa kontrol tidak bisa ditepis. "Dalam rapat dengan Panglima, hal itu pasti akan kami tanyakan," kata Djoko Susilo.
Hal senada juga disampaikan Ketua Komisi I DPR DPR Theo L Sambuaga. ”Ini ada sesuatu yang tidak benar. Kalau untuk koleksi itu terlalu banyak. Untuk persediaan unitnya, kan tidak mungkin juga disimpan di rumah," kata Theo.
Untuk itu, lanjutnya, Komisi I DPR akan segera meminta keterangan dari KSAD untuk mengusut motifnya. Karena untuk menghindarkan segala macam spekulasi yang terjadi.
"Apa motifasinya mengumpulkan senjata sebanyak itu di rumah. Siapa aktor di belakangnya. Ini harus segera diumumkan untuk menghindarkan rumor yang tidak mendasar," ujarnya.
Sementara itu pengamat militer Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mengomentari mendiang Koesmayadi yang merupakan tentara ahli strategi yang jarang pakai seragam. Menilik pengalaman mendiang yang cenderung menyukai penugasan khusus, penemuan senjata di rumah Koesmayadi memang menjadi sebuah pertanyaan besar.
Ikrar Nusa Bhakti juga mempertanyakan kejelasan rantai komando ketika pimpinan TNI AD tampak terkejut ketika ditemukan jumlah senjata dan amunisi di luar batas kewajaran di rumah Koesmayadi.
[Hobi Koleksi]
Sementara itu Mantan Kasum TNI, Djamari Chaniago menegaskan semasa hidupnya sosok Koesmayadi di kalangan perwira TNI memang dikenal punya kesukaan mengoleksi berbagai jenis senjata, namun dirinya tidak yakin perwira berbintang satu itu punya motif lain, selain kegemaran mengoleksi senjata dalam kasus penemuan ratusan pucuk senjata di rumahnya.
”Dia suka mengoleksi senjata, dan kebetulan bertugas sebagai Wakil Asisten Logistik Kasad. Banyak perwira militer yang tahu akan hal itu. Terhadap dugaan pada hal-hal lain dan melakukan tindakan yang macam- macam (kudeta atau kerusuhan), saya tidak yakin karena dia pernah menjadi anak buah saya,” kata pensiunan jenderal berbintang tiga tersebut.
Mengenai kewajaran memiliki koleksi senjata sampai ratusan pucuk dengan sekitar 28 ribu butir peluru, ia kembali menyebutkan kemungkinan koleksi senjata almarhum mencapai angka itu, karena kegemarannya sejak masih perwira pertama untuk mengoleksi senjata sehingga jumlahnya bertambah terus.
Mantan Pangkostrad itu juga menyatakan bahwa tindakan TNI AD segera melakukan penyitaan senjata almarhum secara cepat adalah untuk mencegah senjata itu jatuh ke tangan orang-orang tidak bertanggung jawab.
Koesmayadi sejak berpangkat Letnan Dua (Letda) hingga Mayor bertugas di Timtim. Hampir 12 tahun ia bertugas di daerah tersebut, sehingga ia sampai-sampai disebutkan identik dengan Timtim.
”Nafas Koesmayadi adalah pertempuran. Kalau berbicara Timtim maka tidak bisa lepas dari Koesmayadi. Rekannya yang juga lama bertugas di Timtim adalah Mayjen TNI George Toisutta (Pangdam XVII/Trikora),” kata Djamari.
Ia kemudian menambahkan "Koesmayadi tumbuh di medan pertempuran sejak masih perwira pertama, sehingga kadang keluar dari aturan yang ditetapkan, namun maksudnya adalah baik. Misalnya dia punya prinsip tugas harus selesai bagaimapun caranya. Karenanya, dia kerap berbeda pendapat dengan perwira yang bertugas hanya di garis belakang (perwira staf)," katanya.
Setelah bertugas di Timtim, ia dipindahkan ke Kodam XVII/Trikora sebagai Kepala Staf Korem dengan pangkat Letkol, kemudian ditarik ke Rindam Kodam Jaya, menjadi Aslog Pangdiv I/Kostrad, Aslog Kostrad, dan menjadi Wakil Asisten Logistik Kasad.
Letjen Purn Djamari Chaniago meminta para elit politik untuk tidak mempolitisasi penemuan senjata di rumah almarhum Koesmayadi, dan tidak menggunakannya sebagai komoditas politik untuk memojokkan TNI, atau untuk menarik TNI ke wilayah politik praktis.
"Koesmayadi itu adalah perwira yang baik, dan tidak pernah punya niat macam-macam. Jadi, penemuan senjata itu jangan dipakai sebagai komoditas politik, dan biarkan Kasad Jenderal TNI Djoko Santoso untuk menyelidiki seputar penemuan senjata tersebut," tegasnya.
Hingga kini asal-muasal senjata serta untuk apa Koesmayadi menyimpan ratusan senjata itu masih menjadi tanda tanya besar. Banyak pihak berharap persoalan segera menjadi jelas, untuk menghindari kesimpang siuran penafsiran.
© Copyright 2024, All Rights Reserved