Kondisi keamanan di negara tetangga kita, Timor Leste saat ini masih belum kondusif. Konflik politik yang kemudian berkembang menjadi kerusuhan mengakibatkan pengungsian besar-besaran itu dan negara muda itu terancam kini terancam perang saudara.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Indonesia mengirimkan sejumlah bantuan untuk membantu Timor Leste itu. Bantuan Indonesia sebesar 700.000 Dolar AS ini memang tidak terbilang besar dan bahkan bisa disebut sebagai sumbangan “Ala Kadarnya”. Tapi, walau kecil sumbangan itu kiranya dapat meringankan beban rakyat negara paling miskin itu dalam mempertahankan hidup ditengah-tengah musibah dan ketidakpunyaan saat ini.
Selain menjawab permintaan resmi Presiden Timor Leste Xanana Gusmao kepada pemerintah RI, kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini sekaligus menunjukkan bukti bahwa Indonesia sebuah bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Walau di dalam negeri sendiri, Indonesia tengah tertimpa musibah gempa bumi di Yogyakarta, tetapi bantuan ini mampu menunjukkan rasa prihatin dan persaudaraan terhadap tetangga Timor Leste.
Akan tetapi amat disayangkan jika sikap pemerintah tersebut kemudian menimbulkan tanggapan-tanggapan miring dari politisi dalam negeri. Seperti pemberitaan di Rakyat Merdeka pada 12 Juni 2006 lalu yang mengutip pernyataan politisi dari Fraksi PDI-P dan fraksi Golkar di DPR RI yang menyesalkan keputusan pemerintah memberikan bantuan ke Timor Leste serta membandingkannya dengan keadaan negeri yang seakan-akan pemerintah mengabaikan rakyatnya sendiri yang juga sedang tertimpa musibah. “... Bahwa untuk negara lain pemerintah RI terkesan cepat dan terburu-buru serta antusias dalam memberikan bantuan, walaupun RI sudah dicaci maki bahkan dituduh sebagai pelaku dibalik kerusuhan di Timor Lorosae itu.”
Atau sebuah pernyataan minor lainnya yang cenderung menyulut emosi dan kebencian. ”.... Untuk mengganti rumah yang rusak berat dan ringan belum juga clear, kok sombong-sombongnya pemerintah membantu Xanana dan Horta yang melaporkan kita ke PBB. Nasionalismenya dimana ini,....”
Menurut hemat saya, statemen dua politisi ini tidaklah menunjukkan sikap dewasa seorang wakil rakyat. Pernyataan itu menimbulkan presepsi yang kontraproduktif seolah-olah jika membantu dan bersahabat dengan negara tetangga mesti dihujat dan disalahkan.
Memang benar sikap politik Timor Leste seringkali bersikap tidak menyenangkan bagi Indonesia. Seperti, ketika Ramos Horta melaporkan masalah pelanggaran HAM paska saat referendum di Timor Timur ke forum PBB. Atau, ketika Perdana Menteri Timor Leste Mari Alkatiri menyebut milisi Indonesia terlibat dalam kerusuhan di negaranya itu. Namun, saya rasa kekecewaan atas sikap negara tetangga itu tidak perlu dibalas dengan sakit hati, benci atau menimbulkan rasa permusuhan baru. Janga lupa, anda adalah wakil rakyat yang menjadi cerminan bagi rakyat.
Bantuan pemerintah terhadap rakyat Timor Leste menunjukkan sikap ‘jumawa’, sebuah kedewasaan bangsa yang punya empati terhadap permasalahan-permasalahan kemanusiaan di Tomir Leste. Jangan pula sikap itu dikotori dengan komentar yang menunjukkan rasa permusuhan dan sikap ‘pendendam’. Nasionalisme bukanlah diukur dari sikap emosional dan pendendam belaka.
Mungkin saja pernyataan ‘minor’ dari beberapa politisi di DPR itu menyikapi kebijakan pemerintah memberikan bantuan ke Timor Leste adalah ucapan spontan dari luapan emosi yang muncul seketika. Namun belajar dari kejadian ini, seyogyanya para politisi di ’rumah rakyat’ itu meng-introspeksi diri. Mereka baru hanya mampu mengkritik dan beretorika belaka.
Dengan segala hormat, bantuan untuk Timor Leste serta kinerja pemerintah dalam penanganan bencana di Yogyakarta tidak perlu dimanfaatkan untuk mencari popularitas murahan. Pernyataan seperti ini bisa saja memprovokasi rakyat yang tengah tertimpa musibah dengan mengatakan mereka diabaikan oleh pemerintah.
Sudah saatnya para politisi itu tidak sekedar bicara tetapi berbuat kongkrit. Misalnya, para anggota DPR baik secara lembaga maupun perorangan atau partai politik tempat mereka bernaung sama-sama “rambate rata hayo” bergotong royong untuk melapangkan musibah yang menimpa saudara kita di Yogya dengan menyisihkan sebagian pendapatan mereka sebagai wakil rakyat. Atau mungkin, gaji dan honor yang mereka dapatkan masih terlalu kecil dan pas-pasan sehingga uluran tangan dari politisi di DPR belum terdengar. Atau mungkin para politisi ini terlalu sibuk bersidang ’memikirkan rakyat’ sehingga lupa untuk berbuat. Rakyat akan bangga jika aksi-aksi positif dari wakil-wakil yang mereka pilih pada pemilu 2004 lalu. Kapan?
© Copyright 2024, All Rights Reserved