Presiden Megawati Soekarnoputri menyampaikan kegalauannya atas banyaknya persoalan yang membelit negeri ini. "Susah membesarkan hati saya karena selama ini saya... aduh, pusing sekali urusan negara ini. Satu (urusan) selesai, satu lagi datang. Satu selesai, satu lagi datang," kata Megawati saat memberi sambutan pada Pencanangan Peningkatan Produktivitas Nasional 2003, hari Rabu (17/9), di Istana Negara Jakarta.
Salah satu contoh, ia menyebut persoalan kebijakan perekonomian pascaprogram kerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Ia mengatakan merasa dikejar-kejar waktu untuk segera menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah Berakhirnya Program Kerja Sama dengan IMF. Sementara itu, lanjutnya, masih ada persoalan-persoalan lain yang menuntut untuk segera diselesaikan, seperti masalah ketenagakerjaan serta pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
"Pak Djatun (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti) bilang, tetapi Ibu mesti bangga karena Ibu yang melakukan," paparnya menceritakan. "Buat saya, bukan itu urusannya. Bahwa saya patut bangga, tentu saja saya bangga. Tetapi kebanggaan itu harus diartikan, kalau kita punya kemauan, pasti ada jalan," ujar Megawati. Masalahnya, kata Megawati lagi, sering kali kemauan itu yang tidak ada. "Itu yang membuat saya jengkel," katanya tegas.
Persoalan mentalitas, menurut Megawati, adalah persoalan yang lebih mendesak untuk ditangani daripada masalah teknis. "Tentu tertawa kalau saya menarik napas seperti ini. Menarik napas saya adalah segala kegalauan saya untuk bisa mendorong manusia Indonesia berkarya. Karya itu tidak mungkin tanpa ada disiplin," tuturnya.
Lambat
Megawati menyadari bahwa banyak pihak yang tidak puas terhadap kinerjanya, yang menurut sebagian orang lambat. "Waktu permulaan, ah... Presiden Megawati itu orangnya lambat, tidak mau cepat memutuskan. Tidak mau ngomong. Ya, biar saja. Yang penting, ke depannya lebih berguna, daripada nanti buru-buru, cepat-cepat," katanya dalam acara yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro- Jakti dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea.
Pesan agar tidak terburu-buru dalam memutuskan satu persoalan disampaikan oleh Megawati, menanggapi keinginan untuk membentuk lembaga yang bertugas melakukan pengkajian dan peningkatan produktivitas. "Saya berharap tidak usah terburu-buru dengan soal yang satu ini. Pengalaman kita bila berhadapan dengan soal kelembagaan telah banyak sekali," ujarnya.
Menurut Megawati, anggapan bahwa segala sesuatu akan cepat beres bila dapat membentuk lembaga di bidang yang bersangkutan tidak sepenuhnya benar. "Kecenderungan anggapan bahwa segala sesuatu akan cepat beres bila kita dapat membentuk lembaga di bidang yang bersangkutan sebenarnya tidaklah selalu memberikan bukti yang nyata," katanya.
Sebelum menyatakan bahwa dirinya pusing mengurus negara, Presiden Megawati juga pernah mengeluhkan birokrasi yang dipimpinnya. Seperti diwartakan Kompas (12/2/2003), saat membuka Rapat Koordinasi Pendayagunaan Aparatur Negara Tingkat Nasional, Presiden Megawati menyatakan bahwa ia memimpin pemerintahan "keranjang sampah".
Ia merasa mewarisi birokrasi yang ibarat keranjang sampah, gambaran miring yang "diletakkan pada birokrasi pemerintah yang dipimpinnya seperti perangai yang arogan, organisasi yang tambun, geraknya yang lambat, sifatnya yang korup, profesionalisme dan produktivitas yang rendah, serta hal lain yang sejenis".
© Copyright 2024, All Rights Reserved