Bisnis penyediaan data komunikasi internet saat ini semakin sengit. Tidak hanya bersaing soal kualitas dan cakupan layanan saja, persaingan bahkan sudah mengarah kepada perang tarif murah. Kondisinya bahkan sudah mengarah pada persaingan usaha yang tidak sehat.
Atas kondisi ini, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pemerintah akan menggodok formula rujukan tarif batas bawah data internet seperti yang diberlakukan pada industri transportasi. Dengan demikian, industri telekomunikasi dapat berkelanjutan dan bisa bersaing secara sehat. Masyarakat juga mendapat pelayanan yang baik dengan tarif terjangkau.
“Dalam pengaturan nanti, kami tidak akan menetapkan angka. Misalkan, berapa rupiah per megabytenya, tetapi yang pasti kami akan buatkan rujukan, rujukan itu semacam formula," katanya kepada politikindonesia.com disela-sela diskusi bertema "Mencari Tarif Data yang Ideal", di Jakarta, Rabu (26/07).
Rudi menambahkan, dalam menyusun formula rujukan tarif batas bawah data internet, pihaknya akan mengundang berbagai pihak baik operator, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), badan perwakilan masyarakat sebagai konsumen seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Badan Nasional Perlindungan Konsumen.
“Kami akan perhatikan komponennya seperti apa. Diantaranya data yield yang pantas seperti apa, tapi dengan formula atau rumusan yang bisa dimainkan oleh masing-masing operator. Selebihnya, bagaimana caranya nanti menjaga kompetisi dengan baik," ujarnya.
Rudiantara menegaskan, keberlangsungan industri telekomunikasi menjadi perhatian pihaknya. Industri selular berbeda dengan industri lainnya, seperti di perhubungan yang ditetapkan tarif batas bawah karena untuk keselamatan penumpang.
“Kalau tarif bawah selular seperti yang diberlakukan di penerbangan, itu tidak bisa. Karena ada biaya keharusan yang namanya biaya keselamatan. Misalnya, ban pesawat itu dipakai untuk berapa kali take off dan berapa kali landing. Tapi di seluler tidak ada perhitungan seperti itu," ulasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M. Syarkawi Rauf menganggap perang tarif merupakan fenomena biasa pada mekanisme pasar. Operator berlomba menawarkan skema tarif yang dianggap mampu mendongkrak penjualan dan penguasaan pasar.
“Tarif murah juga merupakan salah satu strategi operator untuk menjaring konsumen yang sensitif terhadap tarif. Semakin efisien satu perusahaan, semakin besar kemampuannya menawarkan tarif yang murah. Jadi berbagai besaran tarif di pasar, yang menjadi pilihan konsumen," kata Syarkawi.
Menanggapi usulan Indosat agar pemerintah penetapan batas bawah tarif layanan komunikasi data, Syarkawi berpendapat, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Ia khawatir kebijakan batas bawah tarif justru bisa berdampak buruk bagi industri untuk jangka panjang, bahkan perekonomian secara nasional.
"Walaupun pemerintah tetap akan memberikan kebijakan terhadap tarif batas bawah, tapi operator harus tetap diperbolehkan menawarkan tarif promosi yang lebih rendah dari batas bawah dengan durasi yang terbatas. Selain itu, jangka waktu maksimal bagi operator dalam memberlakukan tarif promosi juga ditetapkan oleh pemerintah dan berbeda untuk setiap operator," imbuhnya.
Dijelaskan, ada beberapa pertimbangan mengapa pemerintah tak perlu mengatur batas bawah tarif data komunikasi. Pertama, setiap operator telekomunikasi mempunyai tarif yang berbeda, termasuk dalam hal menghasilkan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. Kedua, permasalahan terbesar kebijakan batas bawah tarif terletak pada penentuan besarannya. Besaran batas bawah tarif umumnya ditetapkan untuk melindungi seluruh pelaku usaha tanpa terkecuali, termasuk pelaku usaha yang tidak efisien sehingga menjadi beban bagi industri.
"Selanjutnya, yang ketiga, tarif batas bawah menjadi penghambat bagi operator telekomunikasi yang efisien. Keempat, akibat terhalangnya tarif murah di bawah batas bawah membuat, masyarakat kehilangan hak mendapatkan tarif murah. Dan, kelima, kebijakan batas bawah tarif mendorong inflasi," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved