Rusia dan China makin mengukuhkan posisi mereka sebagai penguasa teknologi, termasuk luar angkasa. Kolaborasi dua negara raksasa ini membuat posisi Amerika Serikat makin tersisih.
Melansir Reuters, Sabtu (17/8/2024), duet ini menjadi ancaman serius bagi dominasi Amerika Serikat (AS) di sektor luar angkasa. Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan antara AS dan kedua negara ini semakin meningkat.
Dalam pertemuan terbaru yang berlangsung di Moskow, Rusia dan China membahas berbagai hal. Mulai dari regulasi hukum internasional hingga keamanan dan keberlanjutan jangka panjang aktivitas luar angkasa. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk memperkuat koordinasi antara kedua negara, baik dalam kerangka kerja sama bilateral maupun di forum-forum multilateral.
Moskow dan Beijing sudah cukup lama menjalin kerja sama di bidang luar angkasa. Misalnya, mereka telah membentuk komisi bersama untuk navigasi satelit dan membuat kesepakatan tentang hak kekayaan intelektual dalam teknologi luar angkasa.
Pada 2019, kedua negara bahkan sepakat untuk mendirikan pusat data yang fokus pada eksplorasi Bulan dan Mars. Ini menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam proyek eksplorasi luar angkasa.
Lalu pada Maret 2024, Kepala Roscosmos Yury Borisov mengungkapkan bahwa Rusia dan China sedang mempertimbangkan proyek ambisius untuk membangun stasiun tenaga nuklir di Bulan dalam dekade mendatang.
Stasiun ini nantinya akan digunakan untuk menghasilkan listrik bagi pemukiman manusia di Bulan. Proyek ini semakin menguatkan dugaan adanya "perlombaan luar angkasa" baru, di mana Rusia dan China berada di satu sisi, sementara Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di sisi lain.
Di Juni 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang yang meratifikasi perjanjian dengan China mengenai pembangunan Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS). Proyek ini tidak hanya melibatkan Rusia dan China, tetapi juga menarik minat banyak negara lain, seperti Azerbaijan, Belarus, Mesir, dan Turki.
Saat ini China disebut-sebut sedang mengembangkan kemampuan militer berbasis luar angkasanya dengan kecepatan yang sangat cepat.
Di sisi lain, AS telah bekerja sama dengan Kanada, Australia, dan Inggris dalam program bernama "Operation Olympic Defender" yang bertujuan untuk mengoptimalkan operasi luar angkasa. Beberapa negara lain, seperti Jerman, Prancis, dan Selandia Baru, juga diundang untuk bergabung dalam program ini.
Perkembangan terakhir menunjukkan kerja sama antara China dan Rusia bukan hanya soal eksplorasi damai di luar angkasa, tetapi juga potensi ancaman bagi dominasi AS di ruang angkasa. Persaingan ini kemungkinan akan terus meningkat di masa depan. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved