Komando teritorial (Koter) masih penting keberadaannya dan akan tetap dipertahankan oleh TNI. Hal ini karena masih terkendalanya kemampuan TNI, bahkan sekalipun untuk bisa mencapai kekuatan minimun bagi wilayah Indonesia yang sedemikian luas. Namun, bukan berarti tertutup untuk melakukan berbagai perubahan terkait doktrin, struktur dan kultur koter itu sendiri.
Demikian jawaban tertulis Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Djoko Santoso dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, Selasa (27/2). Selain itu, menurut Kasad, TNI-AD akan mengoptimalkan keberadaan bintara pembina desa (babinsa) sebagai “mata dan telinga”. Khususnya dalam mengumpulkan keterangan dalam penanganan ancaman terorisme. Pengoptimalan itu dengan cara salah satunya membuat buku petunjuk dalam operasional lapangan. Salah satu petunjuk tersebut adalah dalam membantu pemerintah daerah, Babinsa, Koramil sampai kodim harus berdasarkan permintaan pemerintah daerah.
"Sebenarnya tidak perlu khawatir karena kami sudah membuat semacam buku petunjuk soal apa yang boleh dan tidak boleh mereka (babinsa) lakukan. Jadi, untuk membantu pemerintah daerah, mulai dari babinsa, koramil, sampai kodim, harus berdasarkan permintaan," jelas Jenderal Djoko lebih jauh.
Salah satu nilai positif dari keberadaan koter yakni saat terjadinya tsunami lalu di Aceh. Saat itu babinsa turun membantu mendata masyarakat dan mencegah terjadinya penjarahan. Hal itu tidak terjadi bahkan di negara super power seperti AS saat terjadi bencana di New Orleans beberapa waktu lalu.
"Padahal, waktu terjadi bencana di New Orleans, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu, negara adikuasa seperti itu tidak mampu cepat mengatasi karena mereka tidak punya koter. Selain itu kan juga banyak yang bisa mengawasi," ungkap Djoko.
Keberadaan koter diperlukan, menurut Kasad, mengingat masih terkendalanya kemampuan TNI, bahkan untuk bisa mencapai kekuatan minimum terhadap wilayah Indonesia yang sedemikian luas. Namun, bukan berarti tertutup untuk melakukan berbagai perubahan terkait doktrin, struktur dan kultur koter itu sendiri.
"Dengan menggunakan koter itulah upaya menangani bencana alam dan ancaman lain bisa dilakukan secara efektif dan efisien. Akan tetapi, tetap terbuka peluang untuk melakukan berbagai perubahan terkait doktrin, struktur, dan kultur," ujar Djoko.
© Copyright 2024, All Rights Reserved