Perhelatan kampanye politik mendekati Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2018 dinilai tidak ramah anak. Sebab banyak masyarakat yang mengeluhkan pertunjukan panggung yang tak sesuai dalam kampanye tersebut.
“Kehadiran artis di atas panggung dengan atraksi yang harus jujur diakui tidak pantas disaksikan anak-anak,” kata Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto, di Jakarta, Senin (15/01).
Menurut Kak Seto, partai maupun aktor politik yang mengadakan perhelatan terbuka sering kali abai terhadap sikap peduli dan ramah anak. Selain itu, anak-anak hanya dijadikan sebatas penonton, penggembira, atau pemadu sorak belaka. “Itu praktik usang tentang bagaimana memosisikan anak-anak dalam kancah demokrasi di Indonesia,” kata Kak Seto.
Seto mengungkapkan, saat ini anak-anak masih dipandang sebagai manusia pasif dalam kancah politik. Selain itu, anak-anak yang belum memiliki hak mencoblos membuat hak-hak hidup mereka terabaikan.
“Suara mereka juga tak cukup nyaring untuk masuk ke dalam produk legislasi negara, termasuk yang berhubungan langsung dengan kehidupan mereka sendiri,” ujar Kak Seto.
Seto berpendapat, seharusnya partai dan aktor politik bersikap arif dan hati-hati dalam menyikapi kehadiran anak-anak di forum-forum terbuka. Sebab, hal tersebut dapat menjadi komitmen mereka untuk membenahi dengan serius area-area perlindungan anak kelak setelah terpilih.
“LPAI juga mengajak masyarakat khususnya para konstituen untuk mendukung peningkatan investasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan nutrisi anak-anak,” kata Kak Seto.
Kak Seto mengatakan, di negara-negara demokratis lain sosok anak-anak sudah ditampilkan dalam alat peraga kampanye. Hal itu, justru bernilai edukatif apabila parpol serta aktor politik menyandingkan foto anak-anak dengan pesan-pesan yang positif.
“Semisal pesan rajin beribadah, anti narkoba, anti korupsi, keluarga harmonis, serta tema-tema kreatif lainnya,” jelas Kak Seto.
© Copyright 2024, All Rights Reserved