Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai penunjukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Badan Intelijen Negara adalah keputusan tepat. Sebab intelijen adalah ranah sipil.
“Polri sudah menjadi kepolisian sipil yang mengedepankan antisipasi dan deteksi dini,” kata Neta di Jakarta, Minggu (04/09).
Menurut Neta, di beberapa negara maju, pemimpin badan intelijen dipegang tokoh-tokoh sipil. Di Inggris, Direktur Dinas Rahasia M16 diisi pegawai negeri sipil yang berkarier selama 20 tahun. Begitu juga Direktur Central Intelligence Agency (CIA) yang dipegang politikus sipil. “Hanya memang operatornya banyak pensiunan militer Amerika Serikat,” kata Neta.
Menurut Neta, penunjukan ini juga memperlihatkan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berorientasi pada kepentingan keamanan dalam membangun sosial-ekonomi Indonesia.
Pendekatan keamanan akan berimbas pada kemajuan perekonomian dan hak asasi manusia. “Negeri ini menjadi rawan penyelundupan dan kerap menjadi bulan-bulanan atau operasi intelijen negara lain,” kata Neta.
Selain itu, BIN perlu meningkatkan kinerja intelijen di wilayah perbatasan dengan kerja sama jajaran intelijen antara BIN, TNI, kepolisian, dan pemerintahan daerah. Kerja sama ini mendesak.
“Ini urgen agar Indonesia tidak terus-menerus menjadi bulan-bulanan bandar narkoba, teroris, dan para penyelundup yang menghancurkan perekonomian,” kata Neta.
Menurut Neta, pengalaman Budi Gunawan di kepolisian serta jaringan yang luas di bidang sosial, politik, dan kemasyarakatan menjadi modal kuat memimpin BIN.
Neta berharap Budi Gunawan dapat memaksimalkan jaringannya untuk menumpas serangan terorisme, narkoba, perdagangan manusia, dan aksi pencurian yang dilakukan orang asing.
© Copyright 2024, All Rights Reserved