Dibukanya jalur pelayaran dari Davao City, Filipina menuju Bitung, Sulawesi Utara, turut membuka sejumlah potensi bisnis. Salah satu tawaran yang datang dari Filipina, adalah agar Indonesia mengimpor buah nanas dari negara itu. Tawaran itu kini masih dipertimbangkan matang oleh Kementerian Pertanian.
Hal itu disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman kepada politikindonesia.com usai melakukan pertemuan dengan Duta Besar Filipina untuk Indonesia Maria Lumen B. Isleta di Kementan, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, membahas kerja sama bidang sektor pertanian bidang hortikultura dan ekspor impor produk pertanian kedua negara.
"Mereka mengharapkan kita mengimpor nanas dari Filipina, tapi kami langsung ucapkan terima kasih atas tawaran yang diberikan. Oleh sebab itu, kami katakan akan mempertimbangan tawaran tersebut. Jawaban itu bukan tanpa alasan, karena saat ini Indonesia sudah swasembada. Bahkan, tak dipungkiri kita sudah ekspor bawang merah dan juga nanas," paparnya.
Menurutnya, dengan dibukanya jalur pelayaran kapal Roro dari Davao City menuju Bitung pengiriman barang akan lebih cepat dan murah. Oleh karena itu, pihaknya berharap agar kedatangan dan keberangkatan kapal Roro dimanfaatkan semaksimal mungkin.
"Supaya hemat, kita memanfaatkan kapal besar ini jangan sampai kosong pada saat datang dan pulang. Sehingga bisa menguntungkan kedua belah pihak. Apalagi, peluang yang bisa kita jajaki saat ini adalah mengekspor buah kelapa dari Sulawesi Utara. Sedangkan, Filipina menawarkan buah-buahan, seperti nanas dan durian," ungkapnya.
Dijelaskan, dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 menunjukkan nanas masuk di dalam rencana pengembangan bersama mangga, manggis, salak dan jeruk siam. Pada 2015, kinerja pengembangan nanas menyentuh angka 1.888.000 ton. Sampai dengan akhir 2019, pengembangan nanas bakal menjangkau angka 2.042.000 ton atau naik hingga 2,4 persen.
"Indonesia sendiri merupakan daerah penghasil nanas. Sebut saja Lampung, Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jambi. Produksi nanas Indonesia mencapai 1,84 juta ton pada 2016 dengan produktivitas sebesar 117,5 ton per hektar lahan," tegasnya.
Dalam pertemuan itu, tambah Amran, pihaknya juga menawarkan Filipina untuk ekpor bawang merah, jagung dan crude palm oil (CPO) asal Indonesia. Penawaran itu dilakukan dengan didukung adanya konektivitas laut Indonesia-Filipina dengan menggunakan Kapal RoRo rute Bitung-Davao General Santos.
"Pada tahun lalu, kita sebenarnya sudah mengekspor 250 ribu ton jagung ke Filipina. Saat ini peluang ekspor jagung dari Indonesia ada pada dua negara, yakni Malaysia dan Filipina sebesar 4 juta ton dengan potensi nilai investasi dari keduanya Rp12 triliun hingga Rp15 triliun," ucapnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved